Tuesday, July 4, 2017

Anaalisis Wacana, Analisis Wacana Kritis dan karakteristik Aris Badara




A.      WACANA DAN ANALISISWACANA
Kata "wacana" banyak digunakan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan mulai dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, ko- mumkasi, sastra, dan sebagainya. Namun demikian, secara spesifik pengertian, definisi, dan batasan istilah wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. Penampang berikut ini memperli- hatkan luasnya perbedaan definisi mengenai wacana.
 PENAMPANG 3 Definisi Wacana
Wacana: 1) rentetan kaliniat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kaliniat-kaliniatitu 2) kesatuanbahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kaliniat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis (J.S. Badudu, 2000).
Analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapatpada bahasa lisan, sebagainiana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan (Crystal, 1987). Wacana adalah komumkasi kebahasaan yang terlibat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya (Hawtan, 1992).
Wacana adalah komumkasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, mulai, dari kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman (Roger Fowler, 1977).
Wacana: Kadang kala sebagai bidang dari semua pemyataan (statement, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pemyataan, dan kadang sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pemyataan (Focault, 1972) .

Beberapa definisi lain yang relatif penting berkaitan dengan wacana ialah definisi yang dikemukakan oleh Cook, yaitu wacana adalah suatu penggunaan bahasa dalam komumkasi, baik secara lisan maupun tulisan. Halliday dan Hasan berpendapat wacana merupakan satu kesatuan semantik, dan bukan kesatuan gramatikal. Kesatuan yang bukan lantaran bentuknya (morfem, kata, klausa, atau kaliniat). Ada dua hal yang dapat dikaji sehubungan dengan kesatuan bahasa yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan tersebut. Pertama, unsur yang abstrak yang digunakan untuk mengajarkan bahasa dan untuk mengetahui bagainiana aturan-aturan bahasa itu bekerja. Kedua, un sur yang digunakan untuk ber Apabila dirujuk pendapat Cook yang mengatakan, "This later kind of language-language in use, for commumcations is called discourse maka bahasa untuk berkomumkasi itulah yang dinamakan wacana.
Mengenai istilah wacana yang digunakan dalam penelitian ini lebih cenderung menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Gee, yang menggabungkan unsur-unsur linguistik bersama-sama unsur nonli- nguistik untuk memerankan kegiat pandangan, dan identitas
Istilah lain yang digunakan secara berdampingan dalam buku ini ialah "wacana dan "teks" Dalam bahasa Inggris, dibedakan discourse dan text. Yang pertama berarti spoken discourse “wacana lisan" sedangkan yang kedua berarti written discourse "wacana tulis" Dalam bahasa Indonesia, istilah tersebut masih relatif tumpang tindih. Oleh sebab itu, peneliti merujuk pendapat Van Dijk dan Hoed. Van Dijk mengemukakan bahwa wacana itu sebenamya adalah bangian teoretis yang abstrak (the abstrak theoretical construct) Dengan begitu, wacana belum dapat dilihat sebagai Perwujudan fisik bahasa. Adapun perwujudan bahasa ialah teks. Selanjutnya, Hoed membedakan pengertian wacana dan teks berdasarkan pandangan De Saussure yang membedakan parole.
Dari beberapa definisi “Wacana” dan “Analisis Wacana” yang diuraikan di atas, tampak adanya gradasi. Namun, titiknya singgunya ialah pada informasi bahasa dan isi bahasa. Oleh karena itu penting dipertanyakan bagainiana bahasa dalam analisis wacana? Mengenai hal itu, Hikam membagi tiga pandangan seperti yang berikut ini.
Pertama, pandangan positivisme-empiris, aliran ini dianggap bahasa sebagai jembatan antara manusia dan objek di luar dirinya. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Kaitannya dengan Analisis wacana, konsekuensi logis dari pengertian ini adalah orang yang tidak membutuhkan makna-makna subjektif atau yang mendasari pemyataannya, sebab yang pemndan menurut aliran ini adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik atau tidak. Oleh karena itu, tata Bahasa dan kebenaran adalah suatu bidang alir- an ini. Jadi, analisis wacana untuk penjelasan tata urutan kaliniat, bahasa, dan pengertian secara bersama.
Titik perhatian pendekatan positivisme terutama terwujudnya da da benar tidaknya bahasanya secara gramatikal. "Wacana yang baik menurut pandangan ini adalah wacana yang di dalamnya mengandung kohesi dan koherensi. Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang mengandung oleh penggunaan unsur bahasa.i3 Adapur koherensi adalah kepaduan hubungan maknawi antara bagian-bagian dalam sebuah wacana.
Kedua, pandangan konstruktivisme. Pandangan itu menolak pandangan positivisme empirisme yang memisah subjek dan objek bahasa. Menurut pandangan konstruktivisme, bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek belaka dan yang dari subjek sebagai penyampai pemyataan, atau subjek sebagian faktor sentral dalam kegiatan wacana serua hubungan-hungan bungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud tertentu dalam setiap wacana. Kaitannya dengan bahasa, bahasa yang digunakan memiliki tujuan tertentu. Setiap pernyataan pada tindakan adalah tindakan penciptaan makna, yaitu tindakan pembentukan diri serta pengisah jati diri dari sang pembicara.
Oleh karena itu analisis wacana sebagai solusi untuk mengurai maksud dan makna tertentu. Pengungkapan itu dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi pembicara dengan penerjemahan. Pandangan ini mengoreksi pandang sebuah konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan pengembangan makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Pandangan konstruktivisme masih belum belum lagi faktor faktor-faktor hubungan kekuatan yang inheren dalam setiap wacana yang pada akhiniya dapat terbentuk jems-jems subjek tertentu dan perilakunya. Analisis wacana dalam pandangan kritis pada konstalasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan re-produksi makna. Individu tidak dapat dianggap sebagai subjek yang netral yang dapat menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan terjangkit oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
Bahasa dalam pandangan kritis sebagai representasi yang berperan dalam pembentukan subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam proses bahasa. Dengan pandangan tersebut, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam konteks perdata, dan berbagai tindakan yang terkait dalam masyarakat. Hal ter sebut sesuai dengan tujuan buku ini yang ingin melihat faktor-faktor kesejarahan dan pengaruh kekuatan sosial, budaya, ekonomi, politik yang memengaruhi wacana berita surat kabar, baik disengaja mau- pun tidak dalam memarginalkan perempuan. Kecenderungan buku ini juga didasari pula oleh pandangan yang lebih kritis melihat realitas yang teramati (virtual reality). Dalam hal ini, realitas media yang merupakan kenyataan "semu" yang terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosoial budaya dan ekonomi politik,
B.       ANALISIS WACANA KRITIS
 Seperti yang diuraikan sebelumnya, bahwa pendekatan kritis memandang bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasan, terutama dalam membentuk subjek serta berbagai tindakan representasi yang  terdapat di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, analisis wacana kritis yang juga menggunakan pendekatan kritis menganalîsls bahasa tidak saja dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks yang dimaksud adalah untuk tujuan dan praktik tertentu.
Sejalan dengan hal di atas, Pairclough (dalam Jorgensen) mengemukakan bahwa wacana  merupakan sebuah praktík social. Selanjut nya, Jorgensen menjelaskan konsep Pairclough yang membagi analisis wacana kritisdalam tiga dimensi yaitu text, discourse prac tice, dan social practice. Text berhubungan dengan linguistik, misalnya dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kaliniat, juga koherensi dan kohesivitas, serta bagainiana antar satuan tersebut membentuk suatu pengertian. Discourse practice merupakan difinisi yang berhububungan dengan proses produksi dan konsumsi teks; mlsalnya, pola kerja, bagan kerja, dan rutinitas saat menghasilkan berita. Sosial practice, definisii yang berhubungan dengan konteks di luar teks; misalnya konteks situasi atau konteks dan medía dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya politik tcrtentu. 
Berdasarkan hal di atas. maka dirumuskan suatu pengertian analisis wacana yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara mendalam yang berusaha mengungkap kegiatan pandangan dan identitas berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana. 
Analisis wacana yang menggunakan pendekatan kritis memperlihatkan keterpaduan; (a) analisis teks; (b) anailsis proses, produksl, konsumsi, dan distribusi teks; serta (c) analisis sosiokultural yang berkembang di sekitar wacana itu.
Oleh karena buku ini menggunakan kerangka anailsis wacana kritis, maka konsep wacana yang akan digunakan dalam buku ini merupakan  pendapat dari Gee yang membedakannya “discourses” (d kecil) dan “Discourse”(D besar), Yang pertama menjadi perhatian ahli bahasa (linguist) atau sosiolinguis yang melihat bagainiana bahasa digunakan pada tempatnya untuk memerankan kegiatan, pandangan, dan  identitas. Maksudnya, penggunaan bahasa dìlakukan atas dasar-dasar linguistik. Adapun yang kedua, mcrangkaikan unsur-unsur linguistic tadi (discourse dengan D kapital) bersama-sama unsur nonlinguistik untuk memerankan kegiatan pandangan dan identitas?
Oleh karena menggunakan paradigma kritis, maka buku ini mengendaki dipakainya multilevel methods. Metode tersebut menekankan bahwa untuk memperoleh pemahaman teks secara utuh analisisnya harus diletakkan pada sebuah konteks sosiokultural dan latar belakang aktor pembuat teks (media). Oleh sebab itu dìgunakanlah kerangka analisis wacana kritis dan Fairclough. Secara umum kerangka analisis tersebut menekankan bahwa untuk memperoleh pemahaman teks secara utuh, analisisnya harus diletakkan dalam sebuah konteks sosial kultural dan tatar belakang aktor pembuat teks. 
a.      Pendekatan Umum dalam Analisis Wacana Kritis 
Analisis wacana kritis berutang budi kepada beberapa intelektual dan pemikir, Michel Pocault, Antomo Gramsel, Sekolah Frankfrut, dan Louis Althusser. Gramsci berperan besar terutama dengan teorinya mengcnai hegemom. Hal tersebut, memberikan kemungkinan penjelas bagamana wacana yang dikembangican mampu memengaruhi khalayak, bukan dengan kekerasan melainkan secara halus dan diterima sebagai suatu kebenaran. Althusser mnemberi sumbangan besar terutama teori Ideologi. Ia melihat ideologi sebagai praktik melaluì pemosisian seseorang dalam posisi tertentu dalam hubungan sosialnya.
Analisis bahasa kritis dibangun oleh sekelompok pengajar di Umversitas East Anglia pada tahun 1970-an. Pendekatan wacana yang digunakan banyak dipengaruhi oleh teori tentang bahasa yang dìperkenalkan oleh Halliday. Mirip dengan Frend, Discourse Analysis, analisis bahasa kritis memusatkan analisis wacana pada bahasa dan menghubungkannya dengan ideologi. Perbedaannya kalau dalam Pecheux, aspek kebahasaan didekati dengan teori yang abstrak mengenal formasi wacana.
Analisis bahasa kritis lebib konkret dengan melihat bagainiana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Dengan kata lain, aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur  tata bahasa yang dipakai. Bahasa baik pilihan kata maupun struktur gramatika, dipahami sebagai pilihan oleh seseorang untuk diungkapkan membawa makna ideologi tertentu. Ideologi tersebut ada dalam taraf yang umum menunjukkan bagainiana satu kelompok berusaha memenangkan dukungan publik dan bagainiana kelompok lain berusaha diniarginalkan melalui pendekatan bahasa dan struktur gramatika tertentu.
b.      Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Di dalam analìsis wacana kritis, wacana tidak dipahami semata-mata sebagai suatu studi bahasa. Memang, analisls wacana menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis relatif berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisionat. Bahasa yang dianalisis bukan digambarkan semata-mata aspek kebahasaan, melainkan juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks yang dimaksud digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktlk kekuasaan untuk memarginalkan individu atau kelompok tertentu. 
Menurut Fairclough dan Wodak. analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dan pratik sosial, Wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa wacana tertentu dan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa Jadi menampilkan ideologi: ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak berinibang antan kelas sosial laki-laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan minoritas. Melalui perbedaan lit direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Melalui wacana, sebagai contoh, dalam sebuah wacana keadaan yang rasis, seksis, atau ketinipangan kehidupan sosial dipandang sebagal suatu common sense, suatu kewajaran/alamia, dan memang seperti kenyataanrya.’ 
Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai fakta penting. yakni bagainiana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana penggunaan bahasa kelompok sosial  yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Berikut ini disajikan karakieristik penting dan analisis wacana kritis yang disarikannya oleh Eriyanto dan tulisan VanDijk. Fairclough, dan Wodak.
a)      Tindakan
Prinsip pertama. wacana dipahami sebagal sebuah tindakan (action). Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan intemal. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan seperti menulis atau berbìcara untuk dirinya sendiri. seperti kalau orang sedang mengigau atau di bawah hipnotis. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berbubungan dengan orang lain. 
b)     Konteks
Analisis wacana kritis mempertinibangkan konteks wacana seperti latar, situasi peristiwa dan kondisi. Wacana dalam hal ini diproduksi, diniengerti dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Cook menyebut ada tiga hal yang sentral dalam pengerttan wacana, yaitu: teks konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang terletak di lembar kertas. melainkan juga semua jems semu komumkasi ucapan, musik gambar, dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa seperti partisipan dalam bahasa situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya. 
Titik perhatian analisis wacana ialah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komumkasi. Di sini dibutuhkan tidak hanya proses kogmsi dalam arti umum. telapi juga gambaran spesifik dan budaya yang dìbawa. Studi mengenai bahasa di sini memasukkan konteks karena bahasa selalu berada datam komeks dan tidak ada tindakan komumkasi tanpa partisipan, interteks situasi dan sebagainya.
Beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama Kelamin kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etms, agama, dalam banyak hal relavan dalam menggambarkan wacana. Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat waktu, posisi pembicara dan pendengar atan lingkungan fisik adalab konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana. Setting, seperti tempat privat atau publik, dalam suasana formal atau informal, atau pada ruang tertenlu dalam memberikan wacana terteritu pula. 
 
c)      Histori 
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat diniengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek yang penting untuk bisa mengerti sesuai teks dengan menempatkan wacana tersebut dalam konteks historis tertentu. Misalnya, kita melakukan analisis wacana teks selebaran mahasiswa yang menentang Suharto. Pemahaman mengenai wacana teks tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita dapat memberikan konteks histori di mana teks tersebut dibuat Misalnya. situasi sosial politik, suasana pada saat itu. Karena itu, pada waktu melakukan anailsis diperlukan suatu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang digunakan seperti itu dan sejemsnya.
d)     Kekuasaan
Di dalam Analisis wacana kritis juga dipertinibangkan elemen kekuasaan (power) di dalam analisisnya. Setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks. percakapan atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan ekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan wacana dan masyarakat Misalnya kekuasaan laki-laki dalam wacana mengenai seksìsmc atau kekuasaan perusahaan yang berbentuk dominasi pengusaha kelas atas kepada bawahan, dan sebagainya. Pemakai bahasa bukan hanya pembicara penulis, pendengar, atau pembaca, ia juga bagian anggota sosial tertentu, kelompk profesional, agama. komunitas atau masyarakat tertentu. 
Kekuasaan, hubungannya dengan wacana ialah sebagai suatu kontrol. Seseorang atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain melalui wacana. Control yang dimaksud dalam konteks ii tidak harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung, tetapi Juga kontrol secara mental atau psikis. 
e)      Ideologi
Ideologi memiliki dua pengertian yang bertolak belakang. Secara positif, ideologi dipersepsi sebagal suatu pandangan dunia (worldview) yang menyatakan nilai kelompok sosia tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentlngan mereka. Adapun secara negatif. Ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu. yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemaham. dan orang mengenal realita soslal. 
Ideologi merupakan suatu konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal tersebut karena teks percakapam adalah bentuk dan suatu praktik ideologi atau pencerminan dan ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi di antaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memproduksi dan melegitiniasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya ialah dengan membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterinia secara taken for granted. 
Ideologi dan kelompok dominan hanya efektif  jika didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang didominasi menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran. Menurut Van Dïjk. fenomena tersebut disebut sebagal kesadaran palsu bagainiana kelompok dominan memanipulasi ideologi kepada kelompok yang tidak dominan melalui kampanye diinformasi melalul control media, dan sebagainya. 
Van Dijk menyataknn bahwa ideologi dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok sehingga bertindak dalam situasi yang sama dan menghubungkan masalah mereka, serta memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi dalam kelompok. Dalam perspektif seperti itu, beberapa iniplikasi yang berkaitan dengan ideologi seperti yang dijelaskan berikut. 
Petama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual ia membutuhkan share di antara anggota kelompok organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. 
Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara intemal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleb karena itu, ideologi tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk identitas diri kelompok. Ideologi di sini bersifat umun, abstrak dan nilai-nilai yang terbagi antar anggota kelompok menyediakan dasar bagainiana masalah harus dilihat. 
Daftar Pustaka
Badara, Aris :2013. Analisis Wacana, Teori, Metode, Dan Penerapannya Pada Media. Jakarta, Kencana Prenada Media Group

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp