Monday, November 9, 2020

Kewaliyan Gus Dur dan Demokrasi Indonesia


Jika sebagian mengenal Gus Dur di awal-awal dengan kontroversialnya, tapi tidak dengan saya. Saya meyakini Gus Dur saat itu adalah auliyaa illah (kekasih Allah) dengan berbagai kelebihan. Gus Dur mengetahui apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Kenapa saya meyakini kewalian Gus Dur pada saat itu?

Suatu cerita, tahun 2006 terjadi desakan agar UU Pornografi disahkan di Indonesia. Saat itu, banyak para kiai dan santri melakukan demo di mana-mana, terutama dari ormas FPI. Termasuk saya yang ikutan demo karena perintah kiai.

Di saat kiai-kiai dan ormas Islam mendesak UU Pornografi segera disahkan, Gus Dur menolak UU tersebut. Akibatnya, banyak orang beranggapan bahwa Gus Dur keluar dari syariat Islam. Banyak yang menjelekkan Gus Dur dengan sebutan buta dan sebagainya.

Saat itu di setiap selesai salat isak, saya selalu pergi ke perpustakaan pesantren hanya membaca koran Jawa Pos. Hampir setap hari Jawa Pos ikut menyerang dengan menampilkan pernyataan-pernyatan miring terhadap Gus Dur, terutama dari Habib Riziq Shihab. Karena selalu disuguhi berita seperti itu terus, saya juga ikutan komentar miring terhadap Gus Dur. Hal ini saya lakukan ketika berkumpul bersama teman-teman di pesantren atau lebih tepatnya belum sekolah di MTs.

Suatu ketika di malam hari, saya bermimpi berada di kerajaan Demak dan duduk di samping raja. Tiba-tiba raja Demak mengatakan, “Saya tidak berani mengatakan apa pun terhadap Gus Dur. Gus Dur seorang waliyullah dan saya tidak berada di situ.”

Setelah mengatakan demikian, saya terbangun. Saya menyadari bahwa mimpi tersebut adalah teguran dari Allah karena pernah memberikan komentar miring terhadap Gus Dur. Sejak saat itu, saya tidak pernah berkomentar miring terhadap Gus Dur. Saya mengagumi Gus Dur dan saya selalu percaya apa yang dikatakan oleh Gus Dur.

Setelah saya dewasa, saya menyadari betapa pentingnya perjuangan Gus Dur. Gus Dur adalah sosok yang mungkin hanya satu di negeri ini. Berkat perjuangannya, Indonesia saat ini masih utuh dan gerakan intoleransi dapat diminimalisir. Sekarang, Gus Dur telah tiada tapi perjuangannya terus ada sampai saat ini melalui santri-sasntrinya.

Gus Dur adalah sosok yang merubah haluan demokrasi Indonesia. Di era Gus Dur, demokrasi bukan hanya sekedar dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Tapi, demokrasi hadir untuk memcegah kembalinya otoritarianisme Orde Baru, rakyat dijadikan sebagai subjek, kedaulatan ada ditangan rakyat, adapun yang dari rakyat dikembalikan lagi ke rakyat.

Bagi Gus Dur, demokrasi tidak akan tercipta jika dibangun oleh nalar transaksional, Melainkan lahir dari proses intelektualitas, nalar kritis, argumentasi-argumentasi berhamburan di atas meja politik, demokrasi dianggap sebagai kebutuhan bukan keinginan, Gus Dur menolak secara gamblang demokrasi transaksional yang lahir di belakang layar politik.

Selama masa jadi presiden, Gus Dur mengeluarkan kebijakan yang dianggap kontroversial oleh sebagian orang, seperti mengeluarkan dekrit pembubaran parlemen, pencabutan Tap MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang pelarangan paham komunisme, marxisme, dan leninisme.

Bagi saya, kebijakan tersebut menunjukan konsistensi Gus Dur terhadap amanah konstitusi yang mengatakan kebebasan berpikir dan melindungi semua kalangan. kebijakan ini  menentukan carut-marutnya situasi dan kondisi Indonesia kedepan. Bisa dilihat ketika setiap kali pesta demokrasi isu dijadikan sebagai komoditas pilitik, bahkan politisasi identitas.

Terakhir, Jika Gus Dur masih hidup sampai saat ini, saya percaya Gus Dur adalah orang pertama yang menolak PERPU Nomor 2 Tahun 2017 Pasal 80A tentang pelarangan HTI di Indonesia. Karena, bertentangan dengan UUD Pancasila. 

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp