Tuesday, August 17, 2021

Ideologi dan kelas Sosial Pengarang dalam Cerpen Bangkai Seekor Nyamuk Karya B Jazz

Canva illustration

PENDAHULUAN

Paper ini membahas cerpen Bangkai Seekor Nyamuk karya B Jazz. Cerpen ini diterbitkan oleh majalah Horison edisi II tahun 1967. Cerpen ini mengangkat masalah yang terjadi dalam rumah, cerpen kritik sosial yang dibumbui dengan dialok antara Ayah dan Nyamuk. 


Cerpen ini menceritakan seorang ayah sedang menulis di malam hari. Si Ayah mengawali tulisan tersebut dengan semboyan ‘jangan membunuh binatang’. Ia berpikir dalam tulisan ini akan menjadi pelopor perdamaian dalam kehidupan binatang, binatang harus hidup bebas tanpa ada rasa takut terhadap manusia. Tiba-tiba kakinya digigit nyamuk dan tanpa disadari dirinya telah memukulnya hingga nyamuk tersebut mati. Si Ayah berpikir bahwa dirinya telah membunuh binatang. Di akhir kebingunnya, ia tidak menyalahkan dirinya yang telah membunuh binatang sebab dirinya melindungi dan bukan kesalan dirinya.


Si aya masih penasaran apakah telah membunuh nyamuk atau tidak? Lalu si Ayak mengangkat tangannya dan betul bangkai nyamuk menempel di telapak tangannya. Ia memerhatikan bangkai tersebut dan menyalahkan nyamuk karena telah menggigitnya. Kemudian bangkai nyamuk bicara sambil menyalahkan si Ayah yang telah membunuhnya. Dalam pembicaraan tersebut mengakatakan bahwa dirinya hidup di dunia hanya sebentar dan ia makan darah karena makanannya adalah darah, tidak betul bahwa dirinya membawa malaria untuk manusia. 


Karena tidak semua nyamuk membawa malaria. Kata si bangkai nyamuk, “Manusia hidup dalam kesombongan dan menggunakan kekutannya untuk menindas yang lemah. Manusia selalu mencari pembenaran atas apa yang telah dilakukan meskipun manusialah yang melakukan kesalahan. Manusia sombong dan selalu berlindung di balik semboyan yang ditulisnya dan tidak pernah betul-betul menulis untuk perdamaian. Ingat! Nyamuk juga binatang.” Akhirnya si Ayah tersebut merasa malu apa yang barusan ditulisnya. Ia mengambil kertas yang ia tulis kemudian disobeknya dan dibuang ke tong sampah.


Tujuan karya ini adalah untuk mengetahui makna ideologi dan pertentangan kelas yang terdapat dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk . Yaitu perjuangan nyamuk untuk menyuarakan hak-haknya untuk mendapatkan keadilan atas dirinya yang sebenarnya adalah pertentangan kelas yang ingin ditampilkan oleh B Jazz.  Cerpen tersebut menarik diteliti karena belum diteliti mengenai ideologi dan pertentangan kelas dengan pendekatan Marxisme. 


Selain perjuangan untuk mendapat keadilan, nyamuk berusaha bahwa yang dilakukan dirinya adalah memang sewajarnya dan manusia lebih mengedpankan kesombongan. Cerpen ini terdapat aspek-aspek sosial yang menggambarkan permasalahan status sosial. Gambaran realitas tersebut tentang ideologi dan petertentangan kelas adalah masuk di ranah sastra Marsisme. Oleh karenanya, paper ini akan mengulas pertentangan saat perjuangan si nyamuk setelah terbunuh oleh si Ayah karena dianggapnya membawa malaria yang tidak semua nyamuk membawa malaria.


Untuk mencapai tujuan ini, maka masalah yang didiskusikan adalah 1) struktur kelas sosial dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk , 2) relasi dengan realitas sosial yang dibangun dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk , 3) Posisi kelas sosial penulis dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk . 


Untuk menjawab tiga rumusan masalah tersebut dengan menggunakan pendekatan Marxisme. Marxisme pertama kali dikenalkan oleh Karl Max. Konsep dasar teori sosial Marx untuk menelaah karya sastra secara singkat adalah pengarang merupakan bagian sistem masyarakat, pikiran dan kesadarannya (dideterminasi) mencerminkan kehidupan masyarakat. pengarang dalam konteks ini kedudukan kelas sosial ekonominya adalah faktor utama yang menentukan produksi pikiran pengarang. Produksi pikiran inilah yang kemudian diindikasikan menggambarkan kedudukan kelas sosial atau ideologi pengarang. Ideologi dalam karya sastra menurut Marx merupakan kesadaran, keyakinan, ide, dan gagasan yang dipercaya masyarakat yang berkaitan. Oleh sebab itu, memahami (ideologi) kelas sosial dalam cerpen seperti adalah mengkaji kelas sosial pengarang.


Ideologi dalam karya sastra menurut Marx adalah kesadaran, keyakinan, ide, dan gagasan yang dipercaya masyarakat yang berkaitan bentuk aktivitas material masyarakat. Di sinilah karya sastra kemudian ditempatkan sebagai sistem produksi ideologi suatu kelas tertentu. Namun dengan melihat sastra sebagai artefak yang dideterminasi oleh aktivitas material, maka sebelum sastra sebagai produksi ideologi, sastra sebenarnya adalah representasi ideologi kelas sosial pengarang sebagai anggota masyarakat (Lihat, Kurniawan, 2011:44-46). 


Adapun ideologi dalam arti yang sebenarnya bukan sarana yang dipakai oleh kelas-kelas atas untuk menipu. Ideologi merupakan akumulasi gagasan yang dipaksakan oleh kelompok dominan kepada kelompok terkuasa atau subordinat. Untuk itu, ideologi terus-menerus dikontruksi dan diproduksi dalam cara individu berpikir, bertindak, memahami diri, dan memahami hubungannya dengan masyarakat; terutama melalui cara-cara ideologis. Oleh karena itu, dari segi kebudayaan, individu tidak dipandang sebagai individu dalam arti natural, tetapi subjek hasil kontruksi sosial (Althusser melalui Fiske, 1996:117-118). Dengan demikian, maka persoalan utama dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk, yaitu ideologi pengarang beserta aspek-aspek sosial seputar kehidupan masyarakat akan terungkap berdasarkan perspektif sastra Marxis.


METODE PENELITIAN


Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif selalu dianggap hadir ketika terlihat jelas terhadap kasus. Kasus ini dapat dilihat dari sudut-sudut yang berbeda. Dapat dikatakan tidak mudah dilihat secara kasatmata. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007:4).  


Objek penelitian ini adalah cerpen Bangkai Seekor Nyamuk karya B Jazz. Adapun fokus penelitian ini adalah ideologi pengarang yang terdapat dalam cerpen tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Langkah kerja dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca cerpen (objek material). Dari cerpen tersebut data dipilih kemudian dipilah berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, yaitu ideologi dan kelas sosial pengarang yang terdapat dalam cerpen dengan kajian sastra Marxis, khususnya terkait kelas sosial tokoh dalam cerpen dan pengarang. Hasil pemilahan data penelitian dianalisis, analisis dengan cara menginterpretasikan teks atau data penelitian secara kritis. Penyajian hasil analisis dijelaskan secara deskriptif-kualitatif.


PEMBAHASAN


Struktur Kelas Sosial 

Fokus pada analisis ini adalah tentang struktur kelas sosial pada cerpen Bangkai Seekor Nyamuk . Kelas sosial diuraikan untuk mengungkap ideologi-ideologi yang muncul dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk. Untuk mengungkap ideologi, struktur kelas sosial dan hubungan antar tokoh tersebut, maka analisis dimulai dengan mengidentifikasi latar sosial cerpen Bangkai Seekor Nyamuk.

 

Dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  dari keseluruhan cerita menunjukan adanya dua latar sosial kontras sebagai konteks sosial yang mengklasifikasi struktur sosial tokoh-tokohnya. Ada dua berbedaan yaitu tentang sosial si ayah dan sosial nyamuk. Indikasi latar sosial tertera dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  melalui peristiwa antartokoh yaitu Ayah, Ibu, Bungsu, Sulung, dan Nyamuk dalam rumah tersebut. Persoalan perbedaan sosial dalam rumah tersebut nampak sekali. Nyamuk dengan tubuh kecil tidak berdaya mengahadapi kesombongan dan kekuatan manusia. Nyamun merasa tidak adil diperlakukan semena-mena karena dinggapnya makan darah. Makan darah adalah sebuah keharusan sebab darah memang makanannya. Hal ini tersebut, nyamuk diasosiakan terhadap kelas bawah dalam kehidupan sosial.


Di sisi lain, dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  adalah kehidupan yang kontras terjadi pada Ayah. Nampak realitas si Ayah yang diasosiasikan pada manusia selalu menggunakan kekuatannya demi kepentingan sendiri meskipun hal tersebut harus membunuh yang lain, seperti membunuh nyamuk. Hal tersebut menandakan bahwa si Ayah adalah diasosiakan terhadap kelas atas dalam kesidupan sosial.


Penentuan kelas di atas didasarkan pada ekonomi dan kekuatan antara si Ayah dan Nyamuk dalam mengambil tindakan, bahwa kelas atas lebih semena-mena dalam bersikap dan bertindak. Di sinilah muncul potret kekuasaan yang otoriter. Oleh karena kekuasaan penuh tersebut, dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  hubungan relasi antarkelas dalam konteks sosial masyarakat menjadi persoalan. Pada konteks inilah kemudian muncul kesenjangan sosial yang menjadi konflik sosial antara kelas bawah dengan kelas atas sebagaimana kutipan berikut ini. 


(1)

“kau telah membunuh aku dengan mudah, karena kau djauh lebih kuat dari padaku. Karena kau kedjam, karena kau sombong, karena kau biasa dengan kesombongan.”

(2)

“Sombong jang manis memang. Karena aku mengnganggu hidup manusia, sebab penyakit malaria. Dan tentu kau merasa bahwa kau adalah juru damai terhadap manusia. Pembela kesehatan, dengan membunuh aku! Akan tetapi aku bertanja kepadamu. Apakah kau sedemikian djudjur, membunuh aku demi semboyanmmu itu. Dan justru karena kau djauh lebih kuat dariku?”


Dari kutipan tersebut menandakan bahwa manusia selalu menggunakan kesombongannya untuk menindas yang lemah. Semboyan demi keadilan adalah sebuah topeng untuk memuluskan niatnya dalam menindas pada yang lain. Ini membuktikan bahwa kelas sosial yang lebih tinggi sering semena-mena dalam bertindak dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Manusia sering mengabaikan semboyan keadilan yang dibuatnya sendiri untuk mencapai  sebuah tujuan meskipun langkah yang harus dilalui adalah menyakiti pada yang lain. Dalam hal si Ayah sebagai struktur kelas tinggi telah membuat suatu ketidakadilan pada si Nyamuk, sebagai struktur kelas rendah, demi kepentingan diri sendiri.


Relasi Cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  dengan Realitas Sosial Kekeluargaan 

Relasi kelas sosial yang dibahas adalah relasi kelas sosial anatara si Ayah dengan nyamuk dalam realitas sebenarnya. Cerpen Bangkai Seekor Nyamuk, nyamuk sebagai representasi dari kelas bawah mengalami hal yang sangat menyedihkan. Sebagai makhluk lemah, nyamuk tidak mampu menerima kenyataan bahwa dirinya ingin bertahan hidup, dibunuh dengan dasar demi perdamian. Konsekuensi logis yang didapat nyamuk merasa terhina dan merasa diperlakukan tidak adil dalam kelas sosial—bahwa semua makhluk ingin hidup dalam kedamaian meskipun dirinya adalah bentuk binatang. Karena dasarnya memakan darah memang makanannya dan harus memakannya agar dirinya mampu bertahan hidup. Seperti dalam kutipan di bawah ini.


(3)

“Djelasnja, karena aku jang menghisap darahmu, kau merasa dirugikan. Artinja, masih mementingkan diri sendiri. Djadi djelasnja, di atas prinsip semboyanmu, ada jang lebih utama jang tidak kau teriakkan, jaitu mengutamakan diri sendiri. Bah, bukan mengutamakan keselamatan manusia. Bukankah kau tidak mempunjai kewajiban membunuhi setiap nyamuk jang beterbangan di djagat in? Untuk membersihkan setiap selokan jang ada di muka bumi ini? Malah selokan jang ada di setiap susuran atap rumahmu sendiri pun tidak kau bersihkan! Kalaupun kau akan membersihkannja, kau akan membajar orang lain untuk mengerjakannya. Lagi pula, kalau bukan kekuatan dirimulah maka kau sombong, kalau bukan kekuatanmu dirimulah merasa dipihak yang harus menang dan benar, kalau bukan kekuatan dirimulah jang menyebabkan meneriakkan sembojan itu, kalau benar-benar binatang membawa tjelaka harus kau bunuh seperti kau membunuh aku, apakah agaknja yang akan kau lakukan andaikan jang datang mengganggu kau tadi bukan aku bukan seekor njamuk? Misalnja aku ini harimau atau ular besar, malah pasti akan membunuh kau! Kukira bukan membunuh jang akan kau lakukan segera. Bukan sembojan yang kau ingat. Mungkin jang akan kau lakukan ialah lari pontag-panting. Dan mengapa? Tentu karena harimau dan ular besar itu lebih kuat dari kau.”


Ayah direpresentasikan sebagai kelas atas yang mempunyai kekuatan. Bisa berbuat semau hati dengan menggunakan kekuatannya, termasuk membunuh nyamuk yang sebenarnya ingin mendapatkan haknya untuk bertahan hidup serta pengakuan dalam kelas sosial. Representasi kekuatan Ayah adalah berbuat sesuai semaunya tanpa mengindahkan hal-hal lain. Relasi sosial tersebut menandakan bahwa Ayah sebagai kelas atas lebih mementingkan diri sendiri. 


Berbeda dengan Nyamuk yang notabene adalah binatang kecil dan tidak punya kekuatan dalam berbuat, ia sering mendapatkan perlakuan tidak adil dan selalu disalahkan dalam tatanan sosial, yaitu dianggap sebagai pembawa malaria dan mencelakakan orang lain. Pada kaitannya dalam kelas sosial, nyamuk harus menjauhi manusia dan tidak boleh makan. Pada makan darah adalah memang makanannya. Sifat represif ini adalah bentuk perbedaan dalam relasi kelas sosial.


Posisi Kelas Sosial Pengarang 

Secara kronologis cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  dari awal sampai akhir, terungkap pengusasa (manusia) yang terus-menerus menindas dan mendiskriminasi nyamuk (masyarakat) berakhir pada perlawanan nyamuk terhadap penguasa. Posisi kelas sosial menunjukan keberpihakan penulis pada kelas bawah atau subordinat. Perlawanan nyamuk sebagai representasi masyarakat kelas bawah terhadap penguasa (manusia) sebagai representasi kelas atas, menunjukan ideologi atau pesan yang dibawa pengarang bahwa kekuatan dan kekuasaan penuh dalam tatanan masyarakat seperti dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  sering kali digunakan tidak sesuai mestinya dan penggunaannya berdasarkan kemauan sendiri. 


Kekuasaan yang penuh kesewenang-wenangan hanya akan menimbulkan kesenjangan sosial dan merugikan rakyat. Pada titik inilah pengarang mampu mengungkapkan masalah kehidupan sosial masyarakat antara manusia dan nyamuk. 


(4)

Bahwa wanita bunting tidak boleh membunuh bintang, itu semacam sembojan. Akan tetapi pelaksanaan sembojan itu tidak djudjur. Perimbangan kekuatan manusia dan binatang djugalah jang menjadi dasar. Karena djauhnya perbedaan kekuatan antara manusian dengan njamuk atau semut, maka orang lupa bahwa njamuk itu pun djugalah binatang. Kebiasaan.

(5)

Ku buangkan bankai njamuk di telapak tanganku. Aku merasa bahwa aku manusia yang tidak djudjur. Karena aku dengan sombong merasa benar dengan sembojan dalam hidupku, akan tetapi pelaksanaan sembojan itu berdasarkan kekuatan jang ada padaku bukan pada kebenaran semboyan itu. Ku ambil kertas tjatatanku, ku kojok-kojok dan ku buang ke sudut lantai dekat meja.


Dua data di atas menunjukkan bahwa manusia sering kali bertindak di luar porsinya sehingga menyebabkan perbuatan semena-mena. Semboyang dibuat sering tidak jujur dan pelaksanaannya berdasarkan keinginan sendiri. Oleh karenanya, manusia dalam cerpen ini sebagai representasi kelas atas mendapat perlawanan dari seekor bangkai berupa kritikan keras dari nyamuk sebagai representasi masyarkat kelas bawah. 


Jika dilihat perspektif lebih umum, maka sastra dalam hal ini cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  tidak sekadar menjadi potret pertentangan antar kelas sosial, tetapi cerpen ikut membangun ideologi sosial dalam masyarakat. Pada konteks ini, uraian teori sastra Marx mampu menjangkau wilayah fungsi sosial sastra, yaitu bagaimana sastra mempengaruhi bahkan membentuk ideologi sosial yang ada dalam masyarakat. Di sinilah pengarang (B Jazz) mampu memperjuangkan ideologi, khususnya dalam memperjuangkan ideologi-ideologi kelas bawah (rakyat) melaui tokoh nyamuk untuk melawan kelas atas (penguasa).


SIMPULAN

 

Dari tiga subbab analisis tersebut dalam cerpen Bangkai Seekor Nyamuk  karya B Jazz dengan menggunakan perspektif atau teori sosiologi Marx, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Pertama, B Jazz sebagai pengarang melalui karyanya ingin menunjukkan kepada dunia terkait problem kesenjangan sosial yang ada dalam kehidupan antara manusia dan nyamuk bahwa manusia sering bertindak tidak jujur dalam pelaksanaannya. Kedua, ideologi yang dibawa pengarang dalam tersebut adalah ideologi kelas dan perlawanan kelas bawah (nyamuk) terhadap kelas atas (manusia). Kelas atas direpresentasikan tokoh Ayah. Pembagian atau pelabelan kelas didasarkan pada status sosial yang diemban; sebagai penguasa. Sedangkan kelas bawah, direpresentasikan tokoh nyamuk, sebagai rakyat tertindas. Ketiga, posisi pengarang lebih condong pada kelas bawah yang berusaha memperjuangkan hak-hak yang dimilikinya dan melawan kesewenang-wenangan penguasa. Perjuangan dan perlawanan kelas bawah pada akhirnya berhasil membuat kelas atas sadar atas perbuatannya. 


DAFTAR PUSTAKA 

Damono. 2009. Sosiologi Sastra: Pengantar Ringkas. Jakarta: Editum. 

Fiske, John. 1996. “British Cultural Studies and Television”, dalam John Storey (ed). What is Cultural Studies?: A Reader. London: Arnold. 

Hubermann, M. B, & Miles, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis (2ndEdition). London: Sage Publication. 

Kurniawan, Heru. 2011. Sosiologi Sastra: Teori, Metode, dan Aplikasi. Purwokerto: Graha Ilmu. 

Kaelan, MS. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma. 

Horison. 1967. Majalah Sastra. Jakarta. Edisi kedua

Ritzer, G., & Goodman, D.J.(2011).Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media. 

Sayfullan, K., & Marxisme, K. (1996). No Title. 11(2), 10–19.

Salam, Aprinus. “Sastra Terjemahan”, dalam http://ugm.academia.edu/. Diakses pada 26 Desember 2019 pukul 23.01 WIB.  

Saifuddin, A.F. (2009). Pengantar Teori-Teori Sosial; dari Teori Fungsionalisme Hingga Post- Modernisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 

Ratna, N.K. (2010). Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

Sugiyono. (2015).Metode Penelitian Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta. 

Suharsaputra, U.(2012).Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung:PT Refika Aditama. 

Suseno, F. M. (1999).Pemikiran Karl Marx; dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp