Saturday, February 19, 2022

Ruang Virtual dan Kafe Bangkalan


Apa yang terjadi di Bangkalan belakangan ini memiliki kesamaan dengan masyarakat masa lampau. Mereka menyisihkan waktunya berkegiatan di warung kopi—mulai bersantai, diskusi, bertemu orang, dan menyiapkan serangkaian perlawanan kepada pemerintah—besama kerabat, teman dan orang-orang tertentu.

Dengan istilah “ngopi” menurut millenial, mereka tidak lagi fokus hanya sekedar untuk diskusi,  bertemu orang, tapi ada ruang publik lain, yaitu suatu yang hadir di ruang virtual.
Ruang publik seperti ini tidak jauh berbeda dengan yang dicetuskan Jurgen Hebermas sebagai ruang untuk mendiskusikan persoalan politik. Tapi saat ini, diskusi-diskusi tersebut mengarah pada persoalan lain, terutama, di bidang game online.

Sejarah Kafe di Bangkalan 

Pada mulanya, para pemuda di Bangkalan berkumpul di angringan pinggiran stadion dan alun-alun Bangkalan. Mereka bercengkerama satu sama lain membahas persoalan sosial dan politik. 

Umumnya, angkringan di Bangkalan menyediakan aneka kopi sachet dengan tempat duduk lesehan. Angkringan ini disukai oleh pemuda, khususnya, kalangan mahasiswa aktivis. Tempat-tempat seperti ini selalu ramai di malam hari apabila tidak terjadi hujan. 

Tahun 2015, di depan perpustakaan kota, muncul kafe M16. Kafe ini menyediakan aneka kopi serta minuman yang tidak ada di angkringan-angringan. Selain itu, kafe ini menyediakan free wifi yang bisa didapatkan setelah memesan minuman. Kesamaan M16 dengan angkringan adalah tempat duduknya bermodel lesehan. 

Adanya kafe ini membuat pemuda sangat antusias, mereka mulai banyak melakukan tugas sekolah dan tugas kampus di kafe tersebut. Hal ini adalah faktor free wifi.
 
Tahun 2016, M16 pindah ke samping kampus Ngudia Husada Madura dengan konsep lebih estetis. Meskipun telah pindah, tapi pengunjung setianya tetap setia sehingga Kafe ini tetap membeludak. 

Hal ini disadari oleh masyarakat bahwa kedai kopi yang disediakan free wifi disukai pemuda. 

Sejak saat itu, perkembangan kafe di Bangkalan berkembang sangat pesat terutama dalam lima tahun terakhir. Masyarakat berlomba-lomba membuat kafe dengan dukungan internet yang memadai. Tujuannya, tentu untuk menarik pelanggan agar pecinta game online bisa mabar. 
Kandang Kopi, kafe yang masih bertahan sampai saat ini dalam arus gempuran kafe-kafe yang baru
Adanya perubahan minat pecinta kopi dari diskusi ke free wifi telah disadari oleh pengusaha kopi angkringan. Mereka menyadari bahwa pelanggannya mulai hilang satu-persatu dan usahanya mulai sepi. Akhirnya, para pengusaha kopi angkringan melakukan transformasi dari angkringan non wifi ke free wifi. 

Sejak pertengahan 2018, para pengusaha angkringan membangun kedai di pinggiran stadion. Mereka berlomba-lomba memberikan layanan free wifi  super cepat, serta menambah menu makanan. 

Adanya transformasi ini telah membuat pengusaha kafe berpikir lebih keras karena pecinta kopi banyak kembali nongkrong di pinggiran stadion. Sebab, bagi masyarakat Bangkalan, kopi adalah nomor dua asal wifi-nya kencang. Selain itu, harga minuman di pinggiran stadion jauh lebih murah dengan rasa yang tidak jauh dari kafe. Akibatnya, M16 menjadi sepi dan akhirnya kafe tersebut tutup permanen.

Ruang Virtual 

Ruang siber atau cyberspace oleh Jones (1997:22) yang “new public space” atau “virtual space” bisa diartikan sesuatu yang umum atau sifatnya pribadi, baik antar budaya maupun lintas bahasa hingga publik yang terkontrol atau bebas.

Virtual space tidaklah sama dengan televisi, radio, atau sejenisnya. Virtual space memberikan ruang baru bagi penggunanya agar lebih mudah berinteraksi dan berkreasi baik di bidang ekonomi, sosial-budaya, politik, dan lain sebagainya (Camp and Chien, 2000).

Bagi Hebermas, keberadaan internet telah memperluas dan mengfragmentasi konteks komunikasi. Meski dalam kasus tertentu internet telah memberikan pengaruh besar pada masyarakat, namun internet telah mungubah sosial-budaya masyarakatnya terutama dalam berinteraksi.

Seperti kasus di Bangkalan, masyarakatnya yang awalnya lebih banyak berinteraksi tatap muka, saat ini mereka lebih banyak berada di ruang lingkup virtual. Mereka berinteraksi antar sesama melalui virtual, salah satunya, game online. Hal ini dapat ditemukan hampir seluruh kedai kopi bahwa pengunjung berkomunikasi antar sesama hanya melalui game online meskipun jaraknya hanya dipisah oleh meja. 

Adanya pola sosial melalui virtual, maka kafe atau kedai hanya sebatas ruang kosong atau tempat duduk, tapi interaksinya sudah jauh. Mereka saling berkomunikasi, mengumpat, misuh hanya di ruang virtual. Kesadaran mereka hanya ada dalam satu ruang, yaitu virtual space.

Fokus main game online di salah satu kedai kopi
Adanya virtual space ini, mereka telah menjadi individual. Tidak jarang ditemukan para pemuda, khususnya mahasiswa, tidak berbicara sama sekali selama duduk bersama berjam-jam di kafe. Mereka fokus pada ruang masing-masing dan tidak memedulikan apa yang terjadi di sekitar dirinya.

Sebanarnya, virtual space adalah kelanjutkan ruang diskusi yang dikenalkan oleh Jurgen Hebermas. Namun karena kondisi saat ini berbeda,  maka ruang-ruang yang pada mulanya harus tatap muka dituntut untuk bergeser ke disksui di ruang virtual.

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp