Wednesday, March 23, 2022

Jogja dan Nasi Barokah


Nasi Barokah

Ada yang berbeda kehidupan di Jogja dibanding daerah lain. Selain dikenal dengan kota wisata, Jogja ramah untuk mahasiswa perantauan khususnya bagi kaum adam.

Siang itu, tepatnya hari Jumat, betapa senangnya melihat nasi kotak berjejer di pintu masuk sembari mengucapkan salam kepada jamaah jumatan. Perut yang dari pagi hanya tersentuh secangkir kopi, tiba-tiba meronta sembari menjawab dengan senyuman.

Memang sudah kebiasaan sarapan setelah Dzuhur. Namanya juga lapar, perut langsung berbunga-bunga, bermekaran, ingin duduk dekat pintu karena khawatir tidak kebagian nasi kotak atau nasi barokah.

Keinginan duduk di dekat pintu masuk masjid tidak disia-siakan. Saya mendengar bau ayam goreng, saya perhatikan jenis kotak nasi, saya pakai insting terbaik di kotak mana yang ada ayam gorengnya. Pikiran saya, pokoknya habis jumatan langsung ambil kotak yang dimaksud.

Kejadian-kejadian di atas hampir berulangkali dilakukan dan hampir setiap Jumatan mendapatkan nasi dengan lauk terenak. Lantas, bagaimanakah shalat jumat saya? Akankah mendapatkan barokah jumat? Akankah shalat jumat saya diterima oleh Gusti Allah?

Saya pernah mendengar sebuah cerita Syaikhona Kholil kecil ketika mondok di salah satu pesantren di Jawa. Ceritanya mungkin agak mirip dengan kisah di atas.

Pada suatu hari ketika shalat Maghrib berjemaah, Syaichona Cholil kecil tertawa pas shalat. Kemudian setelah shalat, Kiai yang bertindak sebagai imam shalat menanyakan siapa yang tertawa ketika shalat berlangsung. Syaikhona Cholil kecil langsung memberitahu bahwa dirinya yang tertawa. Kemudian kiai tersebut bertanya kepada Syaichona Cholil kecil alasan tertawa. Syaichona Cholil kecil menjawab, "Saya tidak tahan melihat di atas kepala kiai ada nasih berkat."

Seketika, kiai tersebut menyadari bahwa selama shalat dirinya selalu teringat nasi berkat yang belum dimakan. Apalagi shalat dalam keadaan lapar. Si kiai terdiam dan menunduk malu karena ketahuan oleh santrinya. Ia menyadarinya bahwa Syaikhona Cholil kecil bukan orang sembarangan.

Terlepas dari cerita Syaikhona Cholil Bangkalan, moment-moment hari jumatan menjadi momentum dengan niat membantu orang yang punya rejeki lebih. Saya pasrahkan di hari Jumat untuk tidak mengeluarkan uang sepeserpun.

Nasi barokah ini tidak hanya di masjid-masjid, juga tersebar di sebagian kafe sepeti di kafe basa-basi dan kafe main-main.

Kafe-kafe tersebut terbilang unik. Setiap Jumat selalu menyediakan nasi, 2 indomie dan satu telur. Selain itu, ada kopi sholawat yang free untuk semua orang. Caranya sebelum pesan, cukup membaca sholawat di dalam hati, kemudian sebutkan jenis kopinya pada kasir.

Kejadian-kejadian ini menjadi lelucon di kalangan mahasiswa, karena sebagian yang pergi jumatan ingin makan gratis. Ketika azan Jamat berkumandang, teman-teman dibangunin dan disuruh ke masjid ambil makanan. Mereka pasti cepat-cepat cuci muka dan pergi ke masjid serta pulang lebih dulu dengan membawa nasi barokah. Sebagian lagi ketinggalan shalat Jumat karena telat. 

Katanya, "yang penting pulangnya membawa nasi."

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp