Monday, October 10, 2022

Healing ke Pulau Karimunjawa


Pantai Cemara
Waktu di Jogja, pernah terlintas ingin mengunjungi pulau Karimunjawa, Jepara. Namun, baru terbayarkan hari ini, 19 Agustus 2022.

Benar kata orang, "keinginan itu bagian dari doa dan pada lahirnya keingan akan tercapai."

Sampai ke Karimunjawa tidak direncanakan jauh-jauh hari, tapi ini terjadi secara tidak menduga. Terima kasih orang baik yang telah membawanya!

...

Perjalanan ke Pulau Karimunjawa tidak pernah terbayangkan. Hal-hal yang terjadi barusan adalah pertama kalinya selama hidup. Saya baru tahu bagaimana rasanya tumbang di perjalanan? Bagaimana mabok dalam perjalanan? Baru kali ini saya merasakan.

Perjalanan tadi sungguh kurang baik. Kapal Bahari Express yang saya tumpangi harus melawan ombak besar. Saya perhatikan dari jendela, gulungan ombak silih bergantian menghatam. Bahkan, kadang, lebih tinggi dari kapal. 

Akibatnya, dalam setiap detik, kapal bergantian miring kanan-kiri 90 derajat. Saya patut bersyukur, kapal masih kuat tegak dan tidak terbalik.

Saya perhatikan, hampir semua wajah penumpang terlihat pucat dan banyak sekali yang muntah berkali-berkali. Sungguh perjalanan tadi paling tidak nyaman.

Sekeras apa pun di perjalanan, sesampai di Karimunjawa, saya dimanjakan oleh keindahan alamnya, pantai yang super keren dan penginapan yang nyaman telah terbayarkan apa yang terjadi di perjalanan. 

Di Karimunjawa, saya menikmati beberapa pantai, namun yang paling berkesan di pantai Cemara. Di sana, pantainya indah, pasirnya putih disertai rimbun cemara dan kelapa, airnya bersih sehingga terlihat biru. Yang bikin mata adem, di ujung pandangan disuguhi bebukitan yang rimbun dan luas. Tak terbayangkan keindahannya.

Teman-teman di sana asik menyelam dan berfoto dengan ikan-ikan. Ada yang asik menikmati hiu di penampungan. Bagi saya, itu terlihat biasa.

Ada hal unik saat menumpangi perahu, tiba-tiba perahu yang saya tumpangi mati di tengah laut, teman-teman banyak yang teriak sambil minta tolong pada setiap perahu yang lewat. Syukur ada satu perahu yang menariknya dengan tali. Saya patut bersyukur karena tidak terlempar ke laut.

Saat perahu mati di tengah laut dan mengambang tidak jelas, saya teringat di film yang seorang anak kecil berjuang agar tetap berada di perahunya, melawan gelombang air agar perahunya tidak berbalik, membuang kegetiran bahwa dirinya mampu melewatinya. Di film itu, si anak selamat dan mampu mencapai daratan.

Lantas bagaimana jika hal ini terjadi saat itu, saya tidak membayangkan apakah mampu melewati seperti di film tersebut, namun saya tidak punya pengalaman di perahu dan di laut. 

Melawan kerasnya air pernah saya lakukan. Ketika waktu kecil, saya terbiasa bergulat dengan banjir besar, terbiasa menaklukkan kerasnya air di sungai. Waktu itu, ketika huja deras, saya menghanyutkan diri dengan satu bambu. Ketika sampai di ujung dan merasa lelah, saya menepi dan naik ke permukaan. Itu sangat menyenangkan.

Di laut berbeda dengan di sungai. Laut seperti tak bertepi, kedalamannya pun lebih jauh. Jika terjadi seperti di film, saya tidak yakin mampu melawan ombak.

Tiga hari di Pulau Karimun, tiga hari juga saya menikmati macam-macam kemaksiatan, maksudnya kesenangan, yang mungkin sulit kembali lagi jika sendirian. Semoga segala kesenangan menjadi pelajaran untuk kemenangan.

Jepara, 21 Agustus 2022





bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp