Sebuah gunung berapi di Sakurajima di prefektur Kagoshima, barat daya Jepang, meletus pada Minggu pagi dini hari, mengirimkan kolom abu dan asap hingga ketinggian 4.400 meter ke atmosfer, Kyodo News melaporkan, badan cuaca melaporkan.
Letusan tersebut berlanjut setelah kejadian awal, mendorong badan tersebut untuk mengeluarkan perkiraan jatuhnya abu di beberapa bagian prefektur Kagoshima, Kumamoto dan Miyazaki. Tidak ada korban jiwa atau kerusakan bangunan yang dilaporkan.
Letusan eksplosif sekitar pukul 00:57 (waktu setempat) pada hari Minggu di kawah Minamidake menyebabkan kepulan asap naik di atas 4.000 meter untuk pertama kalinya sejak 18 Oktober tahun lalu, menurut observatorium meteorologi setempat.
Pada rangkaian letusan terakhir, batuan vulkanik berukuran besar terlempar hingga stasiun kelima, namun aliran piroklastik tidak terdeteksi. Tingkat kewaspadaan tetap berada di angka tiga pada skala lima, yang membatasi akses ke gunung tersebut.
Sakurajima, salah satu gunung berapi paling aktif di Jepang, terhubung dengan Semenanjung Osumi di Kyushu, pulau utama di barat daya negara itu. Dulunya merupakan sebuah pulau, namun aliran lava pada tahun 1914 menciptakan jembatan darat ke semenanjung tersebut, menurut Kyodo News.
Pada awal tanggal 30 Agustus, pemerintah Jepang merilis video simulasi letusan besar Gunung Fuji, yang memperkirakan dampaknya, termasuk jatuhnya abu, dalam upaya untuk lebih mempersiapkan masyarakat menghadapi skenario bencana seperti itu.
Video berdurasi 10 menit tersebut menggunakan grafik komputer untuk menggambarkan pemandangan setelah letusan dalam skala yang setara dengan ledakan terakhir yang dikonfirmasi pada tahun 1707. Video tersebut memperingatkan bahwa pasokan listrik, sistem pembuangan limbah, jalan raya, dan kereta api akan menjadi beberapa infrastruktur yang terkena dampak.
Video yang menunjukkan potensi bencana di puncak gunung tertinggi di Jepang setinggi 3.776 meter, dapat dilihat di situs web Kantor Kabinet dan dirilis saat negara tersebut memperingati “Hari Kesadaran Kesiapsiagaan Bencana Vulkanik” pada tanggal 26 Agustus.
“Agak tidak biasa Gunung Fuji tidak meletus selama lebih dari 300 tahun,” kata Toshitsugu Fujii, profesor emeritus di Universitas Tokyo, dalam gambar tersebut. Rata-rata Gunung Fuji meletus setiap 30 tahun sekali, ujarnya.
Cerita ini berasal dari feed sindikasi dari lembaga pihak ketiga. Tengah hari tidak bertanggung jawab atas keandalan, keandalan, dan data teks. Mid-day Management/mid-day.com mempunyai hak eksklusif untuk mengubah, menghapus, atau menghapus (tanpa pemberitahuan) konten atas kebijakannya sendiri dengan alasan apa pun.









