Kemenangan telak Zohran Mamdani dalam pemilihan walikota New York City patut dicatat, baik bagi kota tersebut maupun bagi partai Demokrat yang lebih luas.

Mamdani, seorang Muslim keturunan Asia Selatan yang menyebut dirinya seorang sosialis demokratis, mengalahkan saingan terdekatnya, mantan gubernur New York Andrew Cuomo, dengan selisih yang menakjubkan dan melakukannya tanpa dukungan dari kelompok mapan Demokrat dan donor dana yang besar. Dia telah menentang dan menggagalkan serangan-serangan Islamofobia, anti-Semit, dan keji lainnya yang dilancarkan terhadapnya oleh banyak pihak berpengaruh. Dia menang dengan dukungan warga New York biasa.

Kemenangan Mamdani menyoroti kesenjangan antara kubu Demokrat yang berhaluan tengah/moderat dan kubu sayap yang lebih progresif. Keberhasilannya sebagian dibangun di atas platform yang menangani masalah biaya hidup, perumahan yang terjangkau, perawatan anak, dan kebijakan luar negeri, terutama dalam isu-isu Palestina-Israel.

Beberapa anggota Partai Demokrat mungkin khawatir bahwa kandidat dengan pandangan kebijakan yang lebih radikal akan lebih rentan dalam pemilu, terutama di beberapa daerah pemilihan. Ketidaknyamanan pemerintah terhadap Mamdani menggarisbawahi fakta ini.

Namun, kemenangan Mamdani dapat mendorong kandidat muda progresif di seluruh negeri untuk menjalankan kampanye yang berani guna melawan reaksi pribadi, termasuk penghinaan rasial dan etnis. Kemenangannya menandakan bahwa Partai Demokrat terbuka terhadap gerakan yang lebih progresif, akar rumput, dan dipimpin oleh kaum muda. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana menyeimbangkan hal ini dengan elektabilitas yang lebih luas, pemeliharaan koalisi, dan keragaman geografis.

Pelajaran strategis apa yang bisa diambil Partai Demokrat dari kampanye Mamdani?

1. Memikirkan kembali basis pemilih: Memperluas kelompok melalui koalisi yang aktif dan tidak berasumsi.

2. Prioritaskan permasalahan ekonomi dibandingkan pesan-pesan abstrak.

3. Kembangkan kandidat non-tradisional dan lindungi mereka dari fitnah dan pelecehan.

4. Dukung keberagaman ideologi, jangan lari darinya.

5. Gabungkan keberagaman dengan penyampaian.

Partai Demokrat kini menghadapi ujian: Bisakah partai ini menerjemahkan gaya politik Mamdani yang berpengaruh ke dalam visi pemerintahan yang lebih luas tanpa mengasingkan kelompok moderat? Kemenangannya mungkin tidak mengubah partai dalam sekejap, namun mengubah petanya.

Kemenangan Mamdani lebih dari sekedar kekecewaan lokal – ini adalah pesan bahwa masa depan Partai Demokrat mungkin bergantung pada mendengarkan energi yang muncul dari akar rumput. Apakah partai tersebut menerima atau menolak energi ini tidak hanya akan menentukan kandidat berikutnya, namun juga identitasnya untuk dekade berikutnya.

M. Osman Siddique menjabat sebagai duta besar untuk Fiji, Tonga, Tuvalu dan Nauru dari tahun 1999 hingga 2001. Ia adalah duta besar Muslim pertama untuk Amerika dan kepala misi.

Tautan sumber

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini