Kekacauan meletus pada perundingan iklim COP30 di Brasil pada Selasa malam ketika pengunjuk rasa bersenjatakan pentungan menerobos garis keamanan di tempat pertemuan di Belm.

Para pengunjuk rasa mengacungkan tongkat dan tanda-tanda yang menyatakan “hutan kita tidak untuk dijual” menerobos penghalang keamanan pada pertemuan puncak iklim COP30 di Belém, Brazil, pada Selasa malam, sehingga menyebabkan kekacauan dan gangguan.

Wartawan BBC di lapangan melaporkan melihat personel keamanan PBB mengejar formasi pasukan Brasil, dan memerintahkan para delegasi untuk meninggalkan tempat kejadian tanpa penundaan. PBB mengakui kepada BBC News bahwa dua petugas keamanan menderita luka ringan dalam bentrokan tersebut dan fasilitas mengalami kerusakan ringan.

Gambar-gambar yang tersebar di platform media sosial menunjukkan para pengunjuk rasa, yang tampaknya berasal dari komunitas adat dan kelompok sekutunya, membawa bendera dengan lambang Juntos, sebuah organisasi pemuda sayap kiri Brasil. Para pengunjuk rasa menerobos perimeter dan menghadapi para penjaga.

BACA SELENGKAPNYA: Pangeran William memecah kebisuan tentang peran barunya saat dia membuat pengumuman dengan Raja CharlesBACA SELENGKAPNYA: Para diplomat G7 bertemu untuk membahas strategi Trump ketika ketegangan perdagangan meningkat dan ketakutan terhadap Perang Dunia III semakin meningkat

Para aktivis, beberapa di antaranya mengenakan pakaian tradisional adat, menerobos pintu masuk COP30, meneriakkan slogan-slogan dan memaksa pintu terbuka sebelum bentrok dengan staf keamanan, berdasarkan bukti video yang dibagikan secara online.

PBB mengatakan kepada BBC bahwa para pengunjuk rasa melewati pos pemeriksaan keamanan pertama di lokasi tersebut, namun dicegah untuk maju lebih jauh.

Seorang petugas keamanan menuduh seorang pengunjuk rasa memukul kepalanya dengan drum, kantor berita Reuters mendokumentasikan.

Pelanggaran keamanan yang jarang terjadi pada pertemuan internasional penting

Pelanggaran keamanan seperti ini sangat jarang terjadi di pertemuan puncak yang dikenal dengan langkah-langkah keamanan yang ketat.

Konten tidak dapat ditampilkan tanpa persetujuan

PBB mengumumkan bahwa pejabat Brasil dan PBB sedang menyelidiki insiden tersebut. KTT COP30, yang secara resmi dijadwalkan pada Senin, 10 November hingga Jumat, 21 November, telah menarik perwakilan dari hampir 200 negara.

Konferensi tahun ini menandai peringatan 10 tahun perjanjian iklim Paris, di mana negara-negara berjanji berupaya membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C.

Brasil menjadi tuan rumah COP untuk pertama kalinya

COP30 akan berlangsung di Brazil untuk pertama kalinya dan akan diadakan di Belém, yang terletak di tepi hutan hujan Amazon.

Pemilihan lokasi telah menimbulkan kontroversi karena berbagai alasan, termasuk kekhawatiran penduduk Amazon, yang banyak di antaranya secara terbuka kritis terhadap pemerintah mereka.

Seorang pemimpin adat dari komunitas Tupinamba menyatakan, “kami tidak bisa makan uang,” dan mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap pengembangan hutan hujan, lapor BBC.

“Kami ingin lahan kami bebas dari agribisnis, eksplorasi minyak, penambang, dan pembalak liar,” ujarnya.

COP30 disebut ‘COP masyarakat adat’

Konferensi tahun ini dijuluki sebagai “COP masyarakat adat,” dan penyelenggara di Brazil berjanji untuk memusatkan komunitas adat dalam diskusi tersebut.

Menteri Masyarakat Adat Brazil, Sonia Guajajara, menggambarkan COP30 sebagai peristiwa yang “bersejarah”, dan memproyeksikan bahwa 3.000 masyarakat adat dari seluruh dunia akan berpartisipasi.

Laporan PBB yang diterbitkan awal tahun ini menunjukkan bahwa masyarakat adat melindungi 80% keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi, namun menerima kurang dari satu persen pendanaan iklim internasional. Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, menyerukan dunia untuk “mengalahkan” apa yang disebutnya “penyangkalan iklim dan memerangi berita palsu.”

Dalam pidato utamanya di KTT tersebut, beliau menekankan bahwa keputusan untuk menjadi tuan rumah COP30 di Belém merupakan langkah strategis untuk menyoroti peran mendasar Amazon dalam solusi iklim.

Lebih lanjut ia menyatakan bahwa “COP30 akan menjadi COP kebenaran” di tengah era yang penuh dengan “representasi yang salah” dan “penolakan terhadap bukti ilmiah.” Presiden juga mencatat bahwa “bioma paling beragam di Bumi” adalah rumah bagi hampir 50 juta orang, termasuk 400 kelompok masyarakat adat.

Tautan sumber