Sunday, October 16, 2016

AFIKSASI MORFOLOGI



AFIKSASI
4.1. Pengertian Afiksasi
Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik katagori verba, berkagori nomina maupun yang berkatagori ajektiva (Abd. Chaer, 2008:106). Arifin, Junaiyah (2009:10) Afiksasi adalah proses morfologi yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks. Namun Kridalaksana (2007:28) menyebutkan, afiksasi adalah  proses yang mengubah leksem menjadi kata komplek. Dari pejelasan Arifin, Junaiyah dan Kridalaksan  bisa disimpulkan, afiksasi adalah perubahan bentuk dasar apabila berafiks (berimbuhan). Contoh: mem-beli, ber-jalan, per-cepat.
4.2. Prefiksasi Pada Verba
4.2.1. Verba berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa
(1)   Morfem dasar terikat, seperti terdapat pada kata berkelahi. Bentuk dasar yang berupa morfem dasar terikat kelahi
(2)   Morfem dasar bebas, seperti terdapat pada kata bernyanyi. Bentuk dasar yang berupa morfem dasar bebas nyanyi
(3)   Bentuk turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk dasarnya pakaian) Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang terlebih dahulu sudah diberi afiks lain. Simak bagan proses pembentukan kata ber- pakaian berikut:

Ber-       pakai     an



(4)   Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari-lari (bentuk dasar lari-lari)
(5)   Bentuk turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kata berjual-beli (bentuk dasar jual beli) (Abd. Chaer, 2008:107).

Awalan ber-  memiliki variasi bentuk ber-, be-, bel- (dan mer- yang sudah merupakan bentuk arkais), seperti
1.      ber-  + {ajar} -> belajar
            {unjur] -> belunjur
2.      ber-  + ber-, seperti berguru  dan berteman.
Kata kerja  ber-  memiliki makna
1)      ‘memiliki’ dan ‘mempunyai’ seperti 
Ia beranak dua orang. ‘ia memiliki dua orang (dua orang anak)’.
2)      ‘menyatakan’ atau ‘mengakui’, seperti
Aku berkakak kepadanya. ‘aku menyatakan kakak padanya’.
3)      ‘menghasilkan’ atau ‘mengeluarkan’, seperti
Ayam sudah bertelur. ‘Ayam sudah menghasilkan telur’
4)      ‘biasa melakukan’, ‘bertindak sebagai’, ‘bekerja sebagai’, seperti
Paman bertukang. ‘paman bekerja sebagai tukang’
Ia bertinju. ‘ia biasa melakukan tinju’
Paman bertani. ‘paman melakukan pekerjaan tani’
5)      ‘melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri’, seperti
Ia sedang bercukur. ‘ia sedang mencukur dirinya sendiri’
6)      ‘mendapat’, seperti
Gayung bersambut. ‘gayung mendapat sambutan’
7)      ‘memakai, mengendarai’  atau ‘mengenakan’, seperti
Kami berpayung berdua. ‘kami memakai/mengenakan paying berdua’
Adik saya berspeda ke sekolah. Adik mengendarai sepeda ke sekolah.
8)      ‘menjadi kelompok’, seperti
Kita harus bersatu. ‘kita harus menjadi satu (satu kelompok)’ (Arifin, Junaiyah, 2009:22-25)
4.2.2. Verba Berprefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam:
(1)   Kalimat imperatif. Misalnya:
-          Persingkat bicaramu!
-          Perdalam ilmumu!
(2)   Kalimat pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba. Misalnya:
-          Penjagaan akan kami perketat nanti malam.
(3)   Keteeangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba. Misalnya:
-          Saluran yang telah kami perdalam kini telah dangkal kembali.
Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal:
-          Jadikan lebih.
-          Anggap lagi
-          Bagi
4.2.3. Verba berprefiks me-
Bentuk prefiks me-
a.       Varian me-
Me- +              luruskan           meluruskan
                        Riwayatkan     meriwayatkan
                        Warisi              mewarisi
                        Yakinkan         meyakinkan
                        Malukan          memalukan
                        Ninabobokan   meninabobokkan
                        Nganga            menganga
                        nyanyi             menyanyi
b.      Varian meng-
Meng- +          ambil               mengambil
                        Ekor                mengekor
                        Olah                mengolah
                        ukur                 mengukur
                        harapkan          mengharapkan
c.       Varian men-
Men - +           duduki             menduduki
                        Tundukkan      menundukkan
                        Zakatkan         menzakatkan
                        Syiarkan          mensyiarkan
d.      Varian mem-
Mem - +          bawa                membawa
                        Fitnah              memfitnah
                        Pikir                 memikir
                        Variasi             memvariasi
e.       Variasi meny-
Meny - +         sapu                 menyapu
f.       Variasi menge-
Menge - +        bom                 mengebom
                        Cat                  mengecat
4.2.4. Verba berprefiks peng-
Bentuk prefiks peng-
Awalan peng- mengalami perubahan bentuk. Karena bentuk dan maknanya berkaitan dengan bentuk dan makna awalan meng-, perubahan bentuk awalan peng- pun sejalan dengan perubahan awalan meng- .
Peng-  ---         peng-
                        Pem-
                        Pen-        
                        Peny-
                        Pe-
                           Penge-
Fungsi prefiks peng-
Awalan peng- berfungsi sebagai pembentuk kata benda yang bertalian bentuk dan maknanya dengan awalan meng- .
Makna prefiks peng-
1.      ‘yang melakukan’, seperti
Peninju ‘yang meninju’
Penatar ‘yang menatar’
2.      ‘yang menjadi atau menjadikan’, seperti
Pemerah bibir ‘yang menjaddikan bibir merah’
Fungsi prefiks meng-
Awalan meng berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (prefiks verbal aktif, baik transitif maupun taktrasitif).
Makna  prefik  atau  Awalan meng-
1.      melakukan, mengerjakan, seperti
Ia rajin membaca buku.
2.      menjadi, seperti 
Keinginan kita sudah menyapu. Keinginan kita sudah menjadi satu.
3.      melakukan peringatan seperti
Tahlil meniga hari, tahlil memperingati tiga hari (kematian)
4.      menggunakan atau memakai, seperti
Menggunting baju ‘ memotong baju menggunakan gunting’
5.      membuat’ atau menghasilkan’, seperti
Bibi sedang menyayur lodeh. ‘bibi sedang membuat sayur lodeh’
6.      mengeluarkan (suara) seperti
Kucing suka mengeong.’kucing suka mengeluarkan bunyi ngeong’
7.      memberi atau ‘melengkapi mobil dengan .’seperti
Mengecat mobil’ melengkapi mobil dengan cat’
8.      ‘menuju’, seperti
Akhirnya, kapal kami pun menepi’,
9.      ‘mencari’, seperti 
Ayah pergi merotan.(8)
4.2.5. Verba Berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefik di- derivatif.
Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif.
Verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.(9)
4.2.6. Verba Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter- yaitu verba berprefiks ter- inflektif dan verba berprefiks ter-derivatif.
Verba berprefiks ter- inflektif Adalah verba pasif keadaan dari verba berprefik me- inflektif. Selain bermakna pasif, ter- juga bermakna dapat / sanggup, tidak sengaja dan sudah terjadi.
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ‘dapat / sanggup’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-          Terangkat, artinya ‘dapat diangkat’
-          Terlihat, artinya ‘dapat dilihat’
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ‘sudah terjadi’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Contoh:
-          Terbakar, ‘sudah terjadi (bakar)
-          Tertabrak, ‘sudah terjadi (tabrak’
Verba b erprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ‘yang di(sasar)’ apabila di gunakan sebagai istilah bidang hukum. Contoh:
-          Tertuduh, ‘yang dituduh’.
-          Terpidana, ‘yang dipidana’.
Verba berprefiks ter- derivatif  memiliki makna gramatikal ‘paling’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: Terbaik, ‘yang terbaik’.
Verba berprefiks ter- derivatif  memiliki makna gramatikal ‘dalam keadaan’ apabila bentuk dasarnya memilik komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Contoh:
-          Terbengkalai, “dalam keadaan bengkelai’.
-          Terdampar, ‘dalam keadaan dampar’
Verba berprefiks ter- derivatif  memiliki makna gramatikal ‘terjadi tiba-tiba’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh: Teringat, ‘tiba-tiba ingat
Awalan ter- memiliki variasi bentuk ter- dan tel- seperti
Ter-  --- ter- + (selain /r/ dan {anjur}), vocal
   Te-  + (+), seperti terasa dan terawat
   Tel- + (anjur)
4.2.7. Verba berprefiks ke-
Verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Jadi, contonya sebagai berikut:
Kebaca,              sepadan dengan                      terbaca.(12)
4.3.Prefiksasi Pada  Nomina
Kata-kata yang berkelas nomina, banyak pula yang terbentuk melalui proses afiksasi. Pembentukan dengan afiksasi ini ada yang berbentuk langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke-an. Dan ada yang dibentuk dari akar melalui verba dari akar. Contoh: pembaca, pembacaan.
4.3.1. Nomina Berpfrefiks ke-
Nomina berprefiks ke- hanyalah ada tiga buah kata, yaitu ketua, kekasih dan kehendak dengan makna gramatikal yang dituai, yang dikasihi dan dan yang dikehendaki.(13)
4.3.2. Nomina Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan prefiks pe-, yaitu mengikuti kaidah persrngauan dan tidak mengikuti kaidah persengauan. Bentuk atau alomorf pe- yang mengikuti kaidah persengauan digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem ׀ r, l, w, y, m, ny dan ng ׀ . contoh: ­perawat, pelintas, pewaris, peyakin, pemarah, penanti,  penyanyi, pengamen.
Nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau verba berklofiks memper-kan yang dibentuk dari dasar itu. maka. Makna gramatikak yang dimiliki adalah ‘yang ber- (dasar)’. Contoh: peladang, pedagang, peternak, petapa dan petaruh.
Ada dua macam pembentukan nomina berprefiks pe- yang dibentuk melalui proses analogi adalah  adanya bentuk penyuruh dan bentuk pesuruh. Maka dibentuk pasangan:
-          Pengubah dan peubah.
-          Penyuluh dan pesuluh.
Prefiks pe1-
Pe1-   V  telis    N  (me- + V) ‘pelaku’
Penyanyi asal Bandung itu berhasil menjuarai pemilihan bintang radio dan telivisi 1987.
Pe2-   V  telis    N  (me- + N) ‘pelaku’
Peninju wanita itu berhasil di tangkap.
Pe3-  V  telis    N  (me- + V) ‘alat (instrumentalis)’
Tongkat pemukul softball itu patah menjadi dua.
Pe4-  V  telis    N  (me- + N) ‘alat (instrumentalis)’
Kau dapat membersihkan ruangan ini dengan menggunakan alat penyapu lantai itu.
Pe5-  V  telis    N  (me- + N) ‘mempunyai kebiasaan (habituatif)’
Ia seorang perokok berat.
Pe6-   V           N  ‘mempunyai kebiasaan (habituatif)’
Peminum itu di tangkap polisi karena mengganggu ketenangan masyarakat disekitar rumahnya.
Pe7-   V  telis    N  (me- + V) ‘profesi’
Setelah lulus sekolah guru, ia menjadi seorang pengajar sekolah dasar.
Pe8-   V  telis    N  (me- + N) ‘profesi’
Suaminya seorang pelaut, oleh karena itu jarang da dirumah.
Pe9-   V  telis    N  (me- + V(+ kan) ‘abstrak’
Bacalah petunjuk itu supaya tidak salah arah.(15)
4.3.3. Nomina berprefiks ter-
Nomina berprefik ter- dengan makna gramatikal ‘yang di(dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum, seperti: terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum dan terpidana.
4.4. Prefiksasi Pada  Ajektiva
Kosakata bahasa Indonesia yang berkatagori ajektiva pada umumnya berupa kata yang telah ‘jadi’. Maka tidak ada yang perlu dibentuk terlebih dahulu dengan poroses pemberian afiks. Ada sejumlah kata yang berafiks yang bentuk dasarnya berkategori ajektiva dan berkategori nomina tetapi memiliki komponen makna (+ sifat) atau (+ keadaan) digolongkan juga kata berkelas ajektiva. Ciri kosakata gramatikal bahasa Indonesia ‘asli’ yang berkategori ajekitiva memang tidak tampak. Kita hanya bisa mengenal kosakata yang berkategori ajektiva yang berasl ‘asli’ bahasa Indonesia dari segi semantik dan segi fungsi.
4.4.1. Dasar Ajektiva Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva. Yaitu diimbuhkan secara langsung dan diimbuhkan melalui verba berprefiks me-kan.
Dasar + pe- → pe-dasar
Dasar → men-dasar-kan + pe- → pe-dasar.
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalau dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Contoh: pemalu, pemarah, penakut, pembenci, pemberani.
Pemberian prefiks pe- melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar ajektiva memiliki komponen makna (+ keadaan fisik) dan membri makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Contoh:pembersih,  pemutih, pelicin, pengotor, penjinak.
4.4.2. Dasar Ajektiva Berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘sama (dasar) dengan nomina yang mengikutinya. Contoh: sepintar A, ‘sama pintar dengan A’. Prefiks se- pada dasarnya bertugas membentuk tingkat perbandingan’sama’ atau sederajat dalam sistem penderajatan. Perhatikan:
-          Setinggi → sama tinggi → tingkat sama
-          Tinggian → lebih tinggi → tingkat lebih
-          Tertinggi → paling tinggi → tingkat paling (superlatif)
4.4.3. Dasar Ajektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Contoh: tercantik, ‘paling cantik’
Ada sejumlah kata berprefiks ter- yang bentuk dasarnya bukan ajektiva, tetapi memiliki persyaratan untuk disebut berkategori ajektiva, sebab dapat didahului adverbia agak dan sangat karena bentuk dasarnya itu memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: tertinggal → agak tertinggal, sangat tertinggal.(17)

Catatan Kaki
1.      Morfologi Bahasa Indonesia. hal 106
2.      Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi. Hal 10
3.      Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Hal 28
4.      Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 107
5.      Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi. Hal 22-25
6.      Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 124-126
7.      Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi. Hal 27-36
8.      Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi. Hal 47-49
9.      Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 38-39
10.  Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 39-41
11.  Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi. Hal 54
12.  Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 141-142
13.  Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 145
14.  Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 147-153
15.  Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Hal 69-70
16.  Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 164
17.  Morfologi Bahasa Indonesia. Hal 168-172















Daftar Pustaka
Chaer. Abd. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin. Zainal, 2009. Morfologi Bentuk, Makna, dan Bahasa. Jakarta: Grasindo.
Kridalaksana. Kridalaksana. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
            

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp