AFIKSASI MORFOLOGI
AFIKSASI
4.1. Pengertian Afiksasi
Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan
baik katagori verba, berkagori nomina maupun yang berkatagori ajektiva (Abd. Chaer,
2008:106). Arifin, Junaiyah (2009:10) Afiksasi adalah proses morfologi yang
mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks. Namun Kridalaksana
(2007:28) menyebutkan, afiksasi adalah proses
yang mengubah leksem menjadi kata komplek. Dari pejelasan Arifin, Junaiyah dan
Kridalaksan bisa disimpulkan, afiksasi
adalah perubahan bentuk dasar apabila berafiks (berimbuhan). Contoh: mem-beli, ber-jalan,
per-cepat.
4.2. Prefiksasi Pada Verba
4.2.1. Verba berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat
berupa
(1)
Morfem
dasar terikat, seperti terdapat pada kata berkelahi. Bentuk dasar yang
berupa morfem dasar terikat kelahi
(2)
Morfem
dasar bebas, seperti terdapat pada kata bernyanyi. Bentuk dasar yang
berupa morfem dasar bebas nyanyi
(3)
Bentuk
turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk dasarnya
pakaian) Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang
terlebih dahulu sudah diberi afiks lain. Simak bagan proses pembentukan kata ber-
pakaian berikut:
Ber- pakai an
(4)
Bentuk
turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari-lari (bentuk
dasar lari-lari)
(5)
Bentuk
turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kata berjual-beli (bentuk
dasar jual beli) (Abd. Chaer, 2008:107).
Awalan ber- memiliki variasi bentuk ber-, be-, bel- (dan mer-
yang sudah merupakan bentuk arkais), seperti
1.
ber- + {ajar}
-> belajar
{unjur] -> belunjur
2.
ber- + ber-, seperti
berguru dan berteman.
Kata kerja ber- memiliki makna
1)
‘memiliki’
dan ‘mempunyai’ seperti
Ia beranak dua orang. ‘ia
memiliki dua orang (dua orang anak)’.
2)
‘menyatakan’
atau ‘mengakui’, seperti
Aku berkakak kepadanya. ‘aku menyatakan kakak padanya’.
3)
‘menghasilkan’
atau ‘mengeluarkan’, seperti
Ayam sudah bertelur. ‘Ayam
sudah menghasilkan telur’
4)
‘biasa
melakukan’, ‘bertindak sebagai’, ‘bekerja sebagai’, seperti
Paman bertukang. ‘paman
bekerja sebagai tukang’
Ia bertinju. ‘ia
biasa melakukan tinju’
Paman bertani. ‘paman
melakukan pekerjaan tani’
5)
‘melakukan
pekerjaan mengenai diri sendiri’, seperti
Ia sedang bercukur. ‘ia
sedang mencukur dirinya sendiri’
6)
‘mendapat’,
seperti
Gayung bersambut. ‘gayung
mendapat sambutan’
7)
‘memakai, mengendarai’ atau ‘mengenakan’, seperti
Kami berpayung berdua. ‘kami memakai/mengenakan paying berdua’
Adik saya berspeda ke sekolah. Adik mengendarai sepeda ke sekolah.
8)
‘menjadi
kelompok’, seperti
Kita harus bersatu. ‘kita
harus menjadi satu (satu kelompok)’ (Arifin,
Junaiyah, 2009:22-25)
4.2.2. Verba Berprefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal
dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan
dalam:
(1)
Kalimat
imperatif. Misalnya:
-
Persingkat
bicaramu!
-
Perdalam
ilmumu!
(2)
Kalimat
pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba. Misalnya:
-
Penjagaan
akan kami perketat nanti malam.
(3)
Keteeangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba.
Misalnya:
-
Saluran
yang telah kami perdalam kini telah dangkal kembali.
Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal:
-
Jadikan
lebih.
-
Anggap
lagi
-
Bagi
4.2.3. Verba berprefiks me-
Bentuk prefiks me-
a.
Varian
me-
Me- + luruskan meluruskan
Riwayatkan meriwayatkan
Warisi mewarisi
Yakinkan meyakinkan
Malukan memalukan
Ninabobokan meninabobokkan
Nganga menganga
nyanyi menyanyi
b.
Varian
meng-
Meng-
+ ambil mengambil
Ekor mengekor
Olah mengolah
ukur mengukur
harapkan mengharapkan
c.
Varian
men-
Men
- + duduki menduduki
Tundukkan menundukkan
Zakatkan menzakatkan
Syiarkan mensyiarkan
d.
Varian
mem-
Mem
- + bawa membawa
Fitnah memfitnah
Pikir memikir
Variasi memvariasi
e.
Variasi
meny-
Meny
- + sapu menyapu
f.
Variasi
menge-
Menge
- + bom mengebom
Cat mengecat
4.2.4. Verba berprefiks peng-
Bentuk prefiks peng-
Awalan peng- mengalami
perubahan bentuk. Karena bentuk dan maknanya berkaitan dengan bentuk dan makna
awalan meng-, perubahan bentuk awalan
peng- pun sejalan dengan perubahan
awalan meng- .
Peng- --- peng-
Pem-
Pen-
Peny-
Pe-
Penge-
Fungsi prefiks peng-
Awalan
peng- berfungsi sebagai pembentuk
kata benda yang bertalian bentuk dan maknanya dengan awalan meng- .
Makna prefiks peng-
1.
‘yang
melakukan’, seperti
Peninju ‘yang
meninju’
Penatar ‘yang
menatar’
2.
‘yang
menjadi atau menjadikan’, seperti
Pemerah bibir ‘yang
menjaddikan bibir merah’
Fungsi prefiks meng-
Awalan
meng berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (prefiks verbal aktif, baik
transitif maupun taktrasitif).
Makna prefik atau
Awalan meng-
1.
melakukan,
mengerjakan, seperti
Ia
rajin membaca buku.
2.
menjadi,
seperti
Keinginan
kita sudah menyapu.
Keinginan kita sudah menjadi satu.
3.
melakukan
peringatan seperti
Tahlil
meniga hari, tahlil
memperingati tiga hari (kematian)
4.
menggunakan
atau memakai, seperti
Menggunting
baju ‘ memotong
baju menggunakan gunting’
5.
membuat’
atau menghasilkan’, seperti
Bibi sedang menyayur lodeh.
‘bibi sedang membuat sayur lodeh’
6.
mengeluarkan
(suara) seperti
Kucing
suka mengeong.’kucing suka
mengeluarkan bunyi ngeong’
7.
memberi
atau ‘melengkapi mobil dengan .’seperti
Mengecat
mobil’ melengkapi
mobil dengan cat’
8.
‘menuju’,
seperti
Akhirnya,
kapal kami pun menepi’,
9.
‘mencari’,
seperti
Ayah
pergi merotan.(8)
4.2.5. Verba Berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu
verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefik di- derivatif.
Verba berprefiks di- inflektif adalah
verba pasif.
Verba berprefiks di- derivatif sejauh
data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.(9)
4.2.6. Verba Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter- yaitu
verba berprefiks ter- inflektif dan verba berprefiks ter-derivatif.
Verba berprefiks ter- inflektif Adalah
verba pasif keadaan dari verba berprefik me- inflektif. Selain bermakna
pasif, ter- juga bermakna dapat / sanggup, tidak sengaja dan sudah
terjadi.
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ‘dapat / sanggup’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
Terangkat, artinya ‘dapat diangkat’
-
Terlihat, artinya ‘dapat dilihat’
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ‘sudah terjadi’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Contoh:
-
Terbakar, ‘sudah terjadi (bakar)
-
Tertabrak, ‘sudah terjadi (tabrak’
Verba b erprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ‘yang di(sasar)’ apabila di gunakan sebagai istilah
bidang hukum. Contoh:
-
Tertuduh, ‘yang dituduh’.
-
Terpidana, ‘yang dipidana’.
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ‘paling’
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: Terbaik,
‘yang terbaik’.
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ‘dalam keadaan’
apabila bentuk dasarnya memilik komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian).
Contoh:
-
Terbengkalai, “dalam keadaan bengkelai’.
-
Terdampar, ‘dalam keadaan dampar’
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ‘terjadi
tiba-tiba’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian).
Contoh: Teringat, ‘tiba-tiba ingat
Awalan
ter- memiliki variasi bentuk ter- dan tel- seperti
Ter- --- ter-
+ (selain /r/ dan {anjur}), vocal
Te- +
(+), seperti terasa dan terawat
Tel- + (anjur)
4.2.7. Verba berprefiks ke-
Verba berprefiks ke- digunakan dalam
bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba
berprefiks ter-. Jadi, contonya sebagai berikut:
Kebaca, sepadan
dengan terbaca.(12)
4.3.Prefiksasi
Pada Nomina
Kata-kata yang berkelas nomina, banyak pula yang terbentuk melalui
proses afiksasi. Pembentukan dengan afiksasi ini ada yang berbentuk langsung
dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke-an. Dan ada yang dibentuk
dari akar melalui verba dari akar. Contoh: pembaca, pembacaan.
4.3.1. Nomina Berpfrefiks ke-
Nomina berprefiks ke- hanyalah ada tiga
buah kata, yaitu ketua, kekasih dan kehendak dengan makna
gramatikal yang dituai, yang dikasihi dan dan yang dikehendaki.(13)
4.3.2. Nomina Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan
prefiks pe-, yaitu mengikuti kaidah persrngauan dan tidak mengikuti
kaidah persengauan. Bentuk atau alomorf pe- yang mengikuti kaidah
persengauan digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem ׀ r, l, w, y, m, ny
dan ng ׀ . contoh: perawat, pelintas, pewaris,
peyakin, pemarah, penanti, penyanyi,
pengamen.
Nomina berprefiks pe- yang tidak
mengikuti kaidah persengauan berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau
verba berklofiks memper-kan yang dibentuk dari dasar itu. maka. Makna
gramatikak yang dimiliki adalah ‘yang ber- (dasar)’. Contoh: peladang,
pedagang, peternak, petapa dan petaruh.
Ada dua macam pembentukan nomina berprefiks pe-
yang dibentuk melalui proses analogi adalah
adanya bentuk penyuruh dan bentuk pesuruh. Maka dibentuk pasangan:
-
Pengubah dan peubah.
-
Penyuluh dan pesuluh.
Prefiks pe1-
Pe1- V
telis N (me- + V) ‘pelaku’
Penyanyi
asal Bandung itu berhasil menjuarai pemilihan bintang radio dan telivisi 1987.
Pe2- V telis N
(me- + N) ‘pelaku’
Peninju
wanita itu berhasil di tangkap.
Pe3- V telis N
(me- + V) ‘alat (instrumentalis)’
Tongkat
pemukul softball itu patah menjadi
dua.
Pe4- V telis N
(me- + N) ‘alat (instrumentalis)’
Kau
dapat membersihkan ruangan ini dengan menggunakan alat penyapu lantai itu.
Pe5- V telis N
(me- + N) ‘mempunyai kebiasaan (habituatif)’
Ia
seorang perokok berat.
Pe6- V
N ‘mempunyai kebiasaan
(habituatif)’
Peminum itu
di tangkap polisi karena mengganggu ketenangan masyarakat disekitar rumahnya.
Pe7- V telis N
(me- + V) ‘profesi’
Setelah
lulus sekolah guru, ia menjadi seorang pengajar
sekolah dasar.
Pe8- V telis N
(me- + N) ‘profesi’
Suaminya
seorang pelaut, oleh karena itu
jarang da dirumah.
Pe9- V telis N
(me- + V(+ kan) ‘abstrak’
Bacalah
petunjuk itu supaya tidak salah arah.(15)
4.3.3. Nomina berprefiks ter-
Nomina berprefik ter- dengan makna
gramatikal ‘yang di(dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum,
seperti: terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum dan terpidana.
4.4.
Prefiksasi Pada Ajektiva
Kosakata bahasa Indonesia yang berkatagori
ajektiva pada umumnya berupa kata yang telah ‘jadi’. Maka tidak ada yang perlu
dibentuk terlebih dahulu dengan poroses pemberian afiks. Ada sejumlah kata yang
berafiks yang bentuk dasarnya berkategori ajektiva dan berkategori nomina
tetapi memiliki komponen makna (+ sifat) atau (+ keadaan) digolongkan juga kata
berkelas ajektiva. Ciri kosakata gramatikal bahasa Indonesia ‘asli’ yang
berkategori ajekitiva memang tidak tampak. Kita hanya bisa mengenal kosakata yang
berkategori ajektiva yang berasl ‘asli’ bahasa Indonesia dari segi semantik dan
segi fungsi.
4.4.1. Dasar Ajektiva Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe-
pada dasar ajektiva. Yaitu diimbuhkan secara langsung dan diimbuhkan
melalui verba berprefiks me-kan.
Dasar + pe- → pe-dasar
Dasar → men-dasar-kan + pe- → pe-dasar.
Pemberian afiks pe- secara langsung
dapat terjadi kalau dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+ sikap batin)
dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Contoh: pemalu,
pemarah, penakut, pembenci, pemberani.
Pemberian prefiks pe- melalui verba
berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar ajektiva memiliki komponen
makna (+ keadaan fisik) dan membri makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’.
Contoh:pembersih, pemutih, pelicin,
pengotor, penjinak.
4.4.2. Dasar Ajektiva Berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar
ajektiva memberi makna gramatikal ‘sama (dasar) dengan nomina yang
mengikutinya. Contoh: sepintar A, ‘sama pintar dengan A’. Prefiks se-
pada dasarnya bertugas membentuk tingkat perbandingan’sama’ atau sederajat
dalam sistem penderajatan. Perhatikan:
-
Setinggi → sama tinggi → tingkat sama
-
Tinggian → lebih tinggi → tingkat lebih
-
Tertinggi → paling tinggi → tingkat paling (superlatif)
4.4.3. Dasar Ajektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua
dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Contoh: tercantik,
‘paling cantik’
Ada sejumlah kata berprefiks ter- yang
bentuk dasarnya bukan ajektiva, tetapi memiliki persyaratan untuk disebut
berkategori ajektiva, sebab dapat didahului adverbia agak dan sangat karena
bentuk dasarnya itu memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: tertinggal
→ agak tertinggal, sangat tertinggal.(17)
Catatan Kaki
1. Morfologi Bahasa
Indonesia. hal 106
2. Morfologi Bentuk, Makna
dan Fungsi. Hal 10
3. Pembentukan Kata dalam
Bahasa Indonesia. Hal 28
4. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 107
5. Morfologi Bentuk, Makna
dan Fungsi. Hal 22-25
6. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 124-126
7. Morfologi Bentuk, Makna
dan Fungsi. Hal 27-36
8. Morfologi Bentuk, Makna
dan Fungsi. Hal 47-49
9. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 38-39
10. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 39-41
11. Morfologi Bentuk, Makna
dan Fungsi. Hal 54
12. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 141-142
13. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 145
14. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 147-153
15. Pembentukan Kata dalam
Bahasa Indonesia. Hal 69-70
16. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 164
17. Morfologi Bahasa
Indonesia. Hal 168-172
Daftar Pustaka
Chaer. Abd. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin. Zainal, 2009. Morfologi Bentuk, Makna, dan
Bahasa. Jakarta: Grasindo.
Kridalaksana. Kridalaksana. 2007. Pembentukan Kata
dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.