Inovasi Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia: Integrasi Google Classroom Pada Materi Teks Prosedur Bahasa Indonesia Untuk SMP Kelas VIII
pixabay.com |
PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) tidak semuanya memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK). Metode ceramah dan penugasan hampir mendominasi setiap kegiatan
pelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Media yang digunakan guru pun rata-rata
sederhana. Misalnya, berupa contoh di papan tulis, catatan, dan buku Lembar
Kerja Siswa (LKS) dianggap sudah memadai dan memudahkan guru dalam mengajar.
Hal ini tentu lebih mengenaskan bila siswa tidak
mempunyai motivasi untuk belajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia akan makin
membosankan dan amat tidak menarik untuk anak. Guru pun lama-lama menjadi jenuh
dalam mengajar yang tentu saja akan berakibat pada keberhasilan pengajaran
Bahasa Indonesia. Bisa dipastikan bahwa target kurikulum tidak tercapai dan
daya serap siswa akan pelajaran Bahasa Indonesia rendah.
Untuk mengatasi kejenuhan dalam proses
belajar-mengajar, guru seharusnya lebih kreatif dan inovatif. Apa lagi saat ini
adalah era Digital atau Teknologi Informasi dan Komunikasi. (TIK). Dalam proses
pembelajaran setidaknya TIK menempati tiga peranan, yakni sebagai konten
pembelajaran (standar kompetensi), sebagai media pembelajaran, dan sebagai alat
belajar. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran
menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Penelitian tersebut
antara lain dilakukan oleh Francis M. Drawer dalam Fakhri Alief (2009:1).
Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis TIK
dapat dikatakan sebagai media yang mempunyai potensi yang sangat besar dalam
membantu proses pembelajaran.
Pada tahun 1990-an internet mulai difungsikan sebagai
sarana pendidikan. Pemanfaatan media internet di sekolah dikenal dengan E-education. Internet telah menjadi ajang eksplorasi
oleh para ahli khususnya di bidang pendidikan. Berbagai peluang telah tercipta.
Maka denyut nadi pendidikan seakan tak pernah berhenti. Siswa bisa mengakses
pembelajaran dalam segala bidang selama 24 jam melalui internet. Tentu saja
kehadiran internet bisa kita gunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah, khususnya di SMP. Di sekolah ini telah tersedia laboratorium komputer
dan fasilitas internet. Hanya memang terkendala juga oleh kondisi kemampuan
guru yang tidak memiliki keterampilan menggunakan komputer.
Dalam tulisan sederhana ini, penulis akan memaparkan konsep
pembelajaran pada materi teks prosedur Bahasa Indonesia dengan menggunakan
media internet berupa Google Classroom agar pembelajaran lebih menarik.
Siswa tidak bosan, materi tercapai dengan baik, dan guru tidak perlu banyak
memberikan ceramah di kelas. Pembelajaran lebih interaktif dan menyenangkan.
PEMBAHASAN
Penggunaan Internet dalam Dunia pendidikan
Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung
dengan internet sebagai media utamanya telah memberikan konstribusi yang
demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan
katalis bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru, dari informasi
ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap
teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik,
dan lebih cerdas. Teknologi informasi yang menjadi kunci untuk menjadi model
sekolah masa depan yang lebih baik.
Usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan untuk
mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses
pendidikan dengan menggunakan TIK. Geger Riyanto (2011:3) memberikan contoh,
misalnya baru-baru ini Telkom, Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB)
menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan TIK untuk pendidikan Indonesia,
dimulai dengan proyek-proyek percontohan. Telkom menyatakan akan terus
memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi
yang diharapkan menjadi tulang punggung (backbone) bagi
pengembangan dan penerapan TIK untuk pendidikan serta implementasi-implementasi
lainnya di Indonesia. Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi
yang memanfaatkan ISDN (Integrated Sevices Digital
Network) untuk memfasilitasi penyelenggaran konferensi jarak jauh (teleconference) sebagai salah satu aplikasi
pembelajaran jarak jauh.
Pada tingkat pendidikan SMA dan SMP implikasi TIK juga
sudah mulai dilakukan walaupun belum seperti di perguruan tinggi. TIK baru
sebatas pembelajaran komputer biasa, pengenalan dan cara pengoperasiannya. TIK
belum dijadikan media database utama
bagi nilai-nilai, kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya. Adapun penggunaan
internet masih sebatas fasilitas tambahan bagi siswa dan guru.
Situs internet yang disediakan oleh Google adalah
berupa google classroom. Situs ini dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan perkembangan
pendidikan yang terjadi dan untuk menjadi sumber umum serta menjadi jaringan
komunikasi (forum) antara guru dan siswa. Tujuan utama dari google classroom adalah senbagai wadah untuk prosese belajar-mengajar
baik seacara tatap muka maupun dengan jarak jauh.
Blended
Learning
Blended learning
adalah gabungan dua istilah Bahasa Inggris, yaitu: blended dan learning.
Kata blend artinya campuran, sedangkan learn yang artinya
belajar. Makna dasar sebenarnya mengandung belajar campuran, sehingga dapat
dikatakan pembelajaran yang mengunakan berbagai macam cara. Para ahli sepakat
bahwa istilah blended learning merupakan perpaduan pembelajaran secara
konvensional dan daring. Semler dalam Husamah (2013: 11) bahwa blended learning
mengkombonasikan ranah terbaik dari pembelajaran daring, aktivitas tatap muka
terstruktur, dan praktek dunia nyata.
Kegiatan blended learning memmpunyai kelebihan menurut Husamah
(2013: 231) 1) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional yang
keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi; 2) Pembelajaran lebih
efektif dan efisien; 3) Meningkatkan aksesabilitas; 4) Peserta didik leluasa
untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan
materi-materi yang tersedia secara daring; 5) Peserta didik dapat melakukan
diskusi dengan pengajar atau peserta didik lain di luar jam tatap muka; 6)
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam tatap muka
dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pengajar; 7) Pengajar dapat
menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet; 8) Pengajar dapat
meminta peserta didik untuk membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan
sebelum pembelajaran; 9) Pengajar dapat menyelenggarakan kuis, memberikan
balikan, dan memanfaatkan hasil tes secara efektif; 10) Peserta didik dapat
saling berbagi file atau data dengan siswa lain; 11) Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan;
12) Kemudahan implementasi; 13) Efisiensi biaya; 14) Hasil yang optimal; 15)
Menyesuaikan berbagai kebutuhan pembelajaran; dan 16) Meningkatkan daya tarik
pembelajaran. Kelebihan ini dapat dimanfaatkan oleh guru, siswa dan wali murid.
Keefektifan blended learning masih memiliki celah untuk sebagai
bahan dampak pelaksanaan antara lain: 1) Media yang dibutuhkan sangat beragam,
sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung; 2)
Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan
akses internet. Padahal, Blended Learning memerlukan akses internet yang
memadai dan bila jaringan kurang memadai, itu tentu akan menyulitkan peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran mandiri via daring; dan 3) Kurangnya
pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik dan orang tua)
terhadap penggunaan teknologi (Husamah, 2013: 36). Kelemahan tersebut bisa
dilakukan seminimilisir dalam pembelajaran. Penentuan media melalui google
classroom sebagai keterbatasan yang harus dilakukan. Pembiasaan penggunaan
ini perlunya diberikan pelatihan kepada siswa atau wali murid untuk
mempermudahkan keterterapan yang akan dilakukan.
Google classroom sebagai alternatif pembelajaran
Pada tahap awal di tahun 2014-2016 pengembangan google classroom
tidak diperuntukan untuk semua orang hanya sekolah yang berkerjasama dengan
google, namun di bulan Maret 2017 google classroom dapat diakses oleh seluruh
orang dengan menggunakan google pribadi. Hal ini yang dapat dimanfaatkan oleh
guru, siswa dan wali murid dalam pembelajaran, sehingga tidak diperlukan
kerjasama dengan google. Pemanfaatan secara terbuka dapat memberikan keuntungan
bagi pengguna google classroom.
Penelitian yang dilakukan oleh Shampa Iftakhar (2016) dengan judul
Google Classroom: What Works and How? berisi mengenai bahwa google classroom
membantu untuk memonitoring siswa untuk belajar. Guru dapat melihat seluruh
aktivitas siswa selama pembelajaran di google classroom. Interaksi
antara guru dan siswa terekam dengan baik. Adapun fitur yang dimiliki oleh
google classroom menurut Wikipedia (2017):
1.
Assigmenments (tugas)
Penugasan disimpan dan dinilai pada rangkaian
aplikasi produktivitas google yang memungkinkan kolaborasi antara guru dan
siswa atau siswa kepada siswa. Dokumen yang ada di google drive siswa
dengan guru, file di-host di drive siswa dan kemudian diserahkan
untuk penilaian. Guru dapat memilih file yang kemudian dapat diperlakukan
sebagai template sehingga setiap siswa dapat mengedit salinannya sendiri dan
kemudian kembali ke nilai kelas alihalih membiarkan semua siswa melihat,
menyalin, atau mengedit dokumen yang sama. Siswa juga dapat memilih untuk
melampirkan dokumen tambahan dari Drive mereka ke tugas.
2.
Grading (pengukuran)
Google classroom
mendukung banyak skema penilaian yang berbeda. Guru memiliki pilihan untuk
melampirkan file ke tugas dimana siswa dapat melihat, mengedit, atau
mendapatkan salinan individual. Siswa dapat membuat file dan kemudian
menempelkannya ke tugas jika salinan file tidak dibuat oleh guru. Guru memiliki
pilihan untuk memantau kemajuan setiap siswa pada tugas di mana mereka dapat memberi
komentar dan edit. Berbalik tugas dapat dinilai oleh guru dan dikembalikan
dengan komentar agar siswa dapat merevisi tugas dan masuk kembali. Setelah
dinilai, tugas hanya dapat diedit oleh guru kecuali jika guru mengembalikan
tugas masuk.
3.
Communication (komunikasi)
Pengumuman
dapat diposkan oleh guru ke arus kelas yang dapat dikomentari oleh siswa yang
memungkinkan komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Siswa juga dapat
memposting ke aliran kelas tapi tidak akan setinggi prioritas sebagai pengumuman
oleh seorang guru dan dapat dimoderasi. Beberapa jenis media dari produk Google
seperti file video YouTube dan Google Drive dapat dilampirkan ke pengumuman dan
pos untuk berbagi konten. Gmail juga menyediakan opsi email bagi guru untuk
mengirim email ke satu atau lebih siswa di antarmuka Google Kelas. Kelas dapat
diakses di web atau melalui aplikasi seluler Android dan iOS Classroom.
4.
Time-Cost (hemat waktu)
Guru
dapat menambahkan siswa dengan memberi siswa kode untuk mengikuti kelas. Guru
yang mengelola beberapa kelas dapat menggunakan kembali pengumuman, tugas, atau
pertanyaan yang ada dari kelas lain. Guru juga dapat berbagi tulisan di
beberapa kelas dan kelas arsip untuk kelas masa depan. Pekerjaan siswa, tugas,
pertanyaan, nilai, komentar semua dapat diatur oleh satu atau semua kelas, atau
diurutkan menurut apa yang perlu dikaji.
5.
Archive
Course (arsip program)
Kelas
memungkinkan instruktur untuk mengarsipkan kursus pada akhir masa jabatan atau
tahun. Saat kursus diarsipkan, situs tersebut dihapus dari beranda dan
ditempatkan di area Kelas Arsip untuk membantu guru mempertahankan kelas mereka
saat ini. Ketika kursus diarsipkan, guru dan siswa dapat melihatnya, namun
tidak dapat melakukan perubahan apapun sampai dipulihkan.
6.
Mobile
Application (aplikasi
dalam telepon genggam)
Aplikasi
seluler Google Kelas, yang diperkenalkan pada bulan Januari 2015, tersedia
untuk perangkat iOS dan Android. Aplikasi membiarkan pengguna mengambil foto
dan menempelkannya ke tugas mereka, berbagi file dari aplikasi lain, dan
mendukung akses offline.
7.
Privacy (privasi)
Berbeda
dengan layanan konsumen google, google classroom, sebagai bagian dari G
Suite for Education, tidak menampilkan iklan apa pun dalam antarmuka untuk
siswa, fakultas, dan guru, dan data pengguna tidak dipindai atau digunakan
untuk tujuan periklanan.
Semua fitur tersebut dapat digunakan oleh guru selama pembelajaran. Guru
dapat dengan mudah mempelajari penggunaan dengan belajar secara mandiri dengan
melihat di google support pada google classroom. Cara akses dan penggunaan
dibedakan berdasarkan platform yang digunakan seperti komputer, telepon genggam
berbasis Android dan iOS. Selain melalui google support dapat melalui channel
di youtube mengenai google classroom. Pada dasarnya tahap awal yang dilakukan
yakni dengan melakukan login dengan menggunakan akun G Suite for Education atau
google pribadi/email google.
Adapun kelebihan google classroom menurut Janzem dalam Iftakhar (2016:
13) yakni mudah digunakan, menghemat waktu, berbasis cloud, fleksibel, dan
gratis. Hal ini yang menjadi pertimbangan bahawa google classroom tepat
digunakan untuk di sekolah dasar. Meskpiun masih memiliki kelemahan seperti
tidak adanya layanan eksternal seperti bank soal secara otomatis dan obrolan
secara pribadi antara guru untuk mendapat umpan balik (Pappas, 2015).
Pembelajaran
Teks prosedur melalui Google Classroom
Materi Teks prosedur Bahasa Indonesia yang yang diintegrasikan ke google
classroom ini langsung tersambung dengan internet secara daring. Google
classroom dapat diakses sesuai dengan kesepakatan antara guru dan siswa.
Tahapan pengembangan materi ditentukan oleh rencana pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilakukan oleh guru. Pembuatan story board menentukan
pembelajaran yang akan dilakukan pada google classroom. Story board
merupakan rencana pembelajaran yang akan dilakukan melalui media. Isi story
board yang dimaksud adalah topik pembelajaran, jenis kegiatan, rencana
kegiatan, dan keterangan. Topik pembelajaran diperoleh melalui analisis
kompetensi inti, kompetensi dasar, indokator dan tujuan pembelajaran. Hasil
analisis mendapatkan topik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rencana
kegiatan merupakan berisi mengenai hal yang akan dilakukan pada google
classroom, seperti pemberian video, soal, diskusi atau materi. Semua ini
tergantung guru sebagai pengguna dan harus disesuaikan dengan karakteristik
topik pembelajaran. Keterangan yang dimaksud dalam story board adalah
catatan jika diperlukan dalam tahap penyelenggaraan. Pembuatan story board adalah
tahapan awal dalam penyelanggaran pembelajaran secara daring. Hasil pembuatan
ini merupakan dasar pembuatan pembelajaran daring pada google classroom.
Pembelajaran google classroom di SMP ini menyasar kepada siswa
yang sudah berada di kelas VIII. Siswa kelas VIII disebut kelas tinggi karena memliki minat kehidupan praktis
sehari-hari yang konkret. Menurut Mulyani dan Syaodih (2009:15) siswa kelas
tinggi terletak pada tahap menyelidik, mencoba, dan berkekperimen. Siswa pada
usia tersebut sudah melek teknologi, siap menerima perkembangan zaman melalui
teknologi yang ada.
Kelebihan Menggunakan
Google Classroom
Ada
beberapa manfaat bagi guru yang menggunakan google classroom. Yaitu:
1.
Pembelajaran akan
menjadi lebih menarik
Kenapa menarik? Karena kelas digital adalah hal yang
baru bagi masyarakat, dan semua hal baru akan membawa pengalaman baru bagi
semua orang yang merasakannya. Guru akan merasakan cara membuat soal secara
online, mengkoreksi jawaban dari siswa secara online pula. Sedangkan siswa bisa
merasakan pengalaman mengerjakan soal melalui gadget mereka masing-masing,
sementara orang tua, bisa mengawasi progress belajar anak dalam mengerjakan
soal, bisa memantau pula, apakah ada tugas yang belum dikerjakan, bagaimana
nilai anaknya, dan seterusnya. Hal-hal tersebut akan menjadi pengalaman menarik
yang tak terlupakan.
2.
Guru dan Siswa tidak
terikat pada suatu tempat atau waktu
Ini dia bagian yang benar-benar berbeda dari sistem
pembelajaran lama, masalah tempat dan waktu. Misalnya pada suatu hari libur ada
guru yang ingin memberikan beberapa soal atau tugas kepada siswanya, maka guru
tidak perlu memberitahu kepada semua siswa untuk berkumpul di suatu tempat
(kelas sekolah misalnya) dan memberitahu secara detail apa saja soalnya, guru
cukup menjelaskan secara detail mengenai soal/tugas yang ingin diberikan secara
online dan siswa bisa melihat apa yang diumumkan oleh guru tersebut secara
online pula, semuanya bisa diakses secara jarak jauh. Hal ini memungkinkan
pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
3.
Menghemat kertas
Seperti
yang kita ketahui bersama bahwa bahan pembuat kertas adalah kayu yang berasal
dari pohon di beberapa hutan di Indonesia, dengan adanya Digital Class ini,
maka produksi kertas bisa sedikit dikurangi karena nantinya siswa dan guru
hanya memerlukan gadget sebagai alat komunikasi dan sarana utama KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar).
Kelemahan Menggunakan
Google Classroom
Selain
mempunyai manfaat bagi pengguna google classroom, juga mempunyai
kelamahan. Yaitu:
1. Harus terkoneksi dengan internet
Ini adalah kelemahan paling mendasar, karena Digital
Class adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dengan internet, bahkan bisa
dibilang Koneksi Internet adalah kunci utamanya. Jika masyarakat tidak bisa
menggunakan internet dengan lancar maka Digital Class akan terhambat. Saya
pernah melakukan beberapa sosialisasi & pengajaran tentang Digital Class
ini di suatu SMP, dan disana saya membuktikan sendiri bahwa banyak sekolah yang
belum siap, terutama dalam hal koneksi internet. Banyak siswa yang merelakan
kuotanya berkurang untuk mengikuti kelas digital, otomatis mereka menggunakan
biaya sendiri, apalagi kalau masalahnya menyangkut baik buruknya sinyal, karena
tidak semua penyedia internet mempunyai sinyal yang bagus. Hal tersebut
mengganggu terlaksananya Digital Class. Seharusnya pemerintah memberi anggaran
untuk penyediaan internet di sekolah-sekolah, agar Digital Class bisa optimal
nantinya.
2. Terkadang siswa lebih asik dengan internetnya
dibandingkan dengan materi yang diberikan oleh guru
Saat saya membicarakan kelemahan ini kepada semua
siswa yang saya ajar, sebagian besar dari mereka setuju dengan statement saya
ini. Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa kebiasaan lama mereka bersama
gadget masih belum bisa sepenuhnya berubah. Ada yang bilang buka Facebook-lah,
Twitter-lah, Instagram-lah, Youtube-lah, bahkan COC (Clash of Clans). Kebiasaan
seperti ini hanya bisa diubah jika siswa benar-benar memiliki niat untuk
mengubahnya. Ada saatnya siswa harus menerima materi dari Guru, ada saatnya juga
siswa bermain dengan Gadget-nya masing-masing. Tentunya dengan porsi yang
seimbang.
3. Boros dalam Segi Biaya
Proses meng-online-kan pembelajaran memang membutuhkan
biaya yang tidak sedikit, banyak yang harus diperhitungkan dalam proses
pengoptimalan Digital Class ini. Secara garis besar hanya ada 2 biaya, yaitu
biaya listrik dan internet, tapi meskipun hanya 2, biayanya tidak sedikit.
Penghitungan anggaran akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan proses KBM
sebelumnya.
4. Mengurangi Pembelajaran Sosial
Dampak
inilah yang menurut saya paling berbahaya, yaitu menurunkan pembelajaran
sosial, kenapa bisa begitu? Karena saat kelas digital sudah terealisasi dengan
baik, maka tiap siswa dan guru akan membawa gadget, dan pastinya mereka akan
sibuk dengan gadget masing-masing, bahkan bisa saja mereka menjadi tidak peduli
dengan lingkungan sekitar, nantinya akan muncul sifat individualisme dengan
menganggap bahwa gadget itu segalanya, gadget itu bisa menemani dimana saja dan
kapan saja, padahal anggapan itu salah, pembelajaran sosial itu perlu, menjaga
komunikasi yang baik dengan sesama juga baik, karena mampu meningkatkan tali
persadaraan dan rasa solidaritas. Gadget mungkin bisa membantu menyelesaikan
beberapa masalah, tapi hubungan sosial dengan orang-orang akan mengajarkanmu
memahami apa itu masalah hidup dan bagaimana cara mengatasinya. Ingat-ingat
itu.
KESIMPULAN
Pembelajaran dengan model google classroom di SMP tanpa
menyampingkan pembelajaran konvensional yang dilakukan. Guru dapat memanfaatkan
berbagai fitur yang terdapat pada google classroom seperti assigments,
grading, communication, time-cost, archive course, mobile applications, dan
privacy. Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan google
classroom, guru sebaiknya memberi pemahaman kepada wali murid agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaannya. Memberi pelatihan kepada siswa
tentang penggunaan google classroom sebagai bentuk tahap pengenalan
fungsi dan manfaat perangkat lunak tersebut. Tidak menutup kemungkinan jika
diterapkan pertama kali mengalami kegagalan, diperlukannya refleksi dan
monitoring dalam penyelenggaraan blended learning melalui google classroom.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Dendy Sugono, dan A. Rozak Zaidan. (Ed.).
2000. Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi. Jakarta: Pusat
Bahasa
Arifin,
I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam
Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Malang, 25-26 Juli 2001.
Efendi,
Anwar (Ed). 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif.
Yogyakarta: Tiara Wacana
Harina
Yuhetty dan Hardjito, 2004, Edukasi Net Pembelajaran Berbasis Internet
: Tantangan dan Peluangnya dalam Mozaik Teknologi Pendidikan (Dewi
salma dan Eveline Siregar), Kencana Media Group dan Universitas Negeri Jakarta.
Hartoyo.
2010. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Bahasa.
Semarang: Pelita Insani.
Idris,
Naswil, 2001, “Pengembangan dan Peranan Sumber Daya Manusia
di Era Teknologi Informasi”, Semarang
Moeliono,
Anton. 2000. “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia dalam
Era Globalisasi” dalam Hasan Alwi, Dendy Sugono, dan A. Rozak Zaidan
(Ed.). Jakarta: Pusat Bahasa
Munsyi,
Alif Danya. 2005. Bahasa Menunjukkan Bangsa. Jakarta:
KPG
Pateda,
Mansoer. 1991. “Pengaruh Arus Globalisasi terhadap Pembinaan
Bahasa di Indonesia”. Makalah Munas V dan Semloknas I HPBI: Padang:
Panitia Penyelenggara
Purnawarman,
P. 2002. “Kolaborasi Melalui Internet: Pemanfaatan Internet dalam Mata Kuliah
Menulis” Artikel Jurnal Bahasa dan Sastra Vol.2, No. 2. April 2001.
Rakhmat,
J.1999 . Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya
Rochaeni,
Een; et.al. 2010. Prospek Penggunaan TIK dalam
Pembelajaran Bahasa Ditinjau dari Faktor Pendukung dan Penghambat.
Artikel. http://eenrochaeni72.wordpress.com.
Schiffrin,
Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana (terjemahan dari:
Approaches To Discourse).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semiawan,
C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad
XXI. Jakarta: Grasindo.
Setiawan, Denny.et.al.2008. Komputer dan Media Pembelajaran.Jakarta:
Universitas Terbuka.
Thomas,
Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat dan
Kekuasaan (Terj. dari: Language, Society and Power). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
2007. Jorgensen,
Marianne dan Louise J. Phillips. 2007. Analisis WacanaTeori dan Metode
(terjemahan dari: Discourse Analisys). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ellis, Ryann K. (2009). Field Guide to Learning
Management System. American Society for Training & Development (ASTD)
Husamah. (2013). Pembelajaran Bauran (Blended Learning).
Jakarta: Hasil Pustaka.
Iftakhar, Shampa. (2016). Google Classroom: What Works
and How?. Journal of Educationand Social Sciences, 3 (feb), 12-18.
Pappas, Christopher (2015). "Google Classroom
Review: Pros And Cons Of Using Google Classroom In eLearning".
Sjukur, S.B. 2012. Pengaruh Blended Learning terhadap
Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 3 (2), 368-378.
Surhartono, (2016). Menggagas Pendekatan Blended
Learning di Sekolah Dasar. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Guru VIII yang
diselenggarakan oleh FKIP UT, tanggal 26 November 2016. Tangerang:
Universitas Terbuka.
Tapscott, Don. (2009). Grown Up Digital. Unites
States: McGraw-Hill.
Wikipedia. (2017). Google Classroom.
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. (2009). Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
https://classroom.google.com/