Thursday, February 20, 2020

Inovasi Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia: Integrasi Google Classroom Pada Materi Teks Prosedur Bahasa Indonesia Untuk SMP Kelas VIII

pixabay.com

PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak semuanya memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Metode ceramah dan penugasan hampir mendominasi setiap kegiatan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Media yang digunakan guru pun rata-rata sederhana. Misalnya, berupa contoh di papan tulis, catatan, dan buku Lembar Kerja Siswa (LKS) dianggap sudah memadai dan memudahkan guru dalam mengajar.
Hal ini tentu lebih mengenaskan bila siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia akan makin membosankan dan amat tidak menarik untuk anak. Guru pun lama-lama menjadi jenuh dalam mengajar yang tentu saja akan berakibat pada keberhasilan pengajaran Bahasa Indonesia. Bisa dipastikan bahwa target kurikulum tidak tercapai dan daya serap siswa akan pelajaran Bahasa Indonesia rendah.
Untuk mengatasi kejenuhan dalam proses belajar-mengajar, guru seharusnya lebih kreatif dan inovatif. Apa lagi saat ini adalah era Digital atau Teknologi Informasi dan Komunikasi. (TIK). Dalam proses pembelajaran setidaknya TIK menempati tiga peranan, yakni sebagai konten pembelajaran (standar kompetensi), sebagai media pembelajaran, dan sebagai alat belajar. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Francis M. Drawer  dalam Fakhri Alief (2009:1). Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis TIK dapat dikatakan sebagai media yang mempunyai potensi yang sangat besar dalam membantu proses pembelajaran.
Pada tahun 1990-an internet mulai difungsikan sebagai sarana pendidikan. Pemanfaatan media internet di sekolah dikenal dengan E-education. Internet telah menjadi ajang eksplorasi oleh para ahli khususnya di bidang pendidikan. Berbagai peluang telah tercipta. Maka denyut nadi pendidikan seakan tak pernah berhenti. Siswa bisa mengakses pembelajaran dalam segala bidang selama 24 jam melalui internet. Tentu saja kehadiran internet bisa kita gunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, khususnya di SMP. Di sekolah ini telah tersedia laboratorium komputer dan fasilitas internet. Hanya memang terkendala juga oleh kondisi kemampuan guru yang tidak memiliki keterampilan menggunakan komputer.
Dalam tulisan sederhana ini, penulis akan memaparkan konsep pembelajaran pada materi teks prosedur Bahasa Indonesia dengan menggunakan media internet berupa Google Classroom agar pembelajaran lebih menarik. Siswa tidak bosan, materi tercapai dengan baik, dan guru tidak perlu banyak memberikan ceramah di kelas. Pembelajaran lebih interaktif dan menyenangkan.

PEMBAHASAN
Penggunaan Internet dalam Dunia pendidikan
Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah memberikan konstribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru, dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Teknologi informasi yang menjadi kunci untuk menjadi model sekolah masa depan yang lebih baik.
Usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses pendidikan dengan menggunakan TIK. Geger Riyanto (2011:3) memberikan contoh, misalnya baru-baru ini Telkom, Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan TIK untuk pendidikan Indonesia, dimulai dengan proyek-proyek percontohan. Telkom menyatakan akan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diharapkan menjadi tulang punggung (backbone) bagi pengembangan dan penerapan TIK untuk pendidikan serta implementasi-implementasi lainnya di Indonesia. Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi yang memanfaatkan ISDN (Integrated Sevices Digital Network) untuk memfasilitasi penyelenggaran konferensi jarak jauh (teleconference) sebagai salah satu aplikasi pembelajaran jarak jauh.
Pada tingkat pendidikan SMA dan SMP implikasi TIK juga sudah mulai dilakukan walaupun belum seperti di perguruan tinggi. TIK baru sebatas pembelajaran komputer biasa, pengenalan dan cara pengoperasiannya. TIK belum dijadikan media database utama bagi nilai-nilai, kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya. Adapun penggunaan internet masih sebatas fasilitas tambahan bagi siswa dan guru.
Situs internet yang disediakan oleh Google adalah berupa google classroom. Situs ini dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan perkembangan pendidikan yang terjadi dan untuk menjadi sumber umum serta menjadi jaringan komunikasi (forum) antara guru dan siswa. Tujuan utama dari google classroom adalah senbagai wadah untuk prosese belajar-mengajar baik seacara tatap muka maupun dengan jarak jauh.

Blended Learning
Blended learning adalah gabungan dua istilah Bahasa Inggris, yaitu: blended dan learning. Kata blend artinya campuran, sedangkan learn yang artinya belajar. Makna dasar sebenarnya mengandung belajar campuran, sehingga dapat dikatakan pembelajaran yang mengunakan berbagai macam cara. Para ahli sepakat bahwa istilah blended learning merupakan perpaduan pembelajaran secara konvensional dan daring. Semler dalam Husamah (2013: 11) bahwa blended learning mengkombonasikan ranah terbaik dari pembelajaran daring, aktivitas tatap muka terstruktur, dan praktek dunia nyata.
Kegiatan blended learning memmpunyai kelebihan menurut Husamah (2013: 231) 1) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi; 2) Pembelajaran lebih efektif dan efisien; 3) Meningkatkan aksesabilitas; 4) Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara daring; 5) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan pengajar atau peserta didik lain di luar jam tatap muka; 6) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam tatap muka dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pengajar; 7) Pengajar dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet; 8) Pengajar dapat meminta peserta didik untuk membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran; 9) Pengajar dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan memanfaatkan hasil tes secara efektif; 10) Peserta didik dapat saling berbagi file atau data dengan siswa lain; 11) Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan; 12) Kemudahan implementasi; 13) Efisiensi biaya; 14) Hasil yang optimal; 15) Menyesuaikan berbagai kebutuhan pembelajaran; dan 16) Meningkatkan daya tarik pembelajaran. Kelebihan ini dapat dimanfaatkan oleh guru, siswa dan wali murid.
Keefektifan blended learning masih memiliki celah untuk sebagai bahan dampak pelaksanaan antara lain: 1) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung; 2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan akses internet. Padahal, Blended Learning memerlukan akses internet yang memadai dan bila jaringan kurang memadai, itu tentu akan menyulitkan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran mandiri via daring; dan 3) Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik dan orang tua) terhadap penggunaan teknologi (Husamah, 2013: 36). Kelemahan tersebut bisa dilakukan seminimilisir dalam pembelajaran. Penentuan media melalui google classroom sebagai keterbatasan yang harus dilakukan. Pembiasaan penggunaan ini perlunya diberikan pelatihan kepada siswa atau wali murid untuk mempermudahkan keterterapan yang akan dilakukan.

Google classroom sebagai alternatif pembelajaran
Pada tahap awal di tahun 2014-2016 pengembangan google classroom tidak diperuntukan untuk semua orang hanya sekolah yang berkerjasama dengan google, namun di bulan Maret 2017 google classroom dapat diakses oleh seluruh orang dengan menggunakan google pribadi. Hal ini yang dapat dimanfaatkan oleh guru, siswa dan wali murid dalam pembelajaran, sehingga tidak diperlukan kerjasama dengan google. Pemanfaatan secara terbuka dapat memberikan keuntungan bagi pengguna google classroom.

Penelitian yang dilakukan oleh Shampa Iftakhar (2016) dengan judul Google Classroom: What Works and How? berisi mengenai bahwa google classroom membantu untuk memonitoring siswa untuk belajar. Guru dapat melihat seluruh aktivitas siswa selama pembelajaran di google classroom. Interaksi antara guru dan siswa terekam dengan baik. Adapun fitur yang dimiliki oleh google classroom menurut Wikipedia (2017):
1.      Assigmenments (tugas)
 Penugasan disimpan dan dinilai pada rangkaian aplikasi produktivitas google yang memungkinkan kolaborasi antara guru dan siswa atau siswa kepada siswa. Dokumen yang ada di google drive siswa dengan guru, file di-host di drive siswa dan kemudian diserahkan untuk penilaian. Guru dapat memilih file yang kemudian dapat diperlakukan sebagai template sehingga setiap siswa dapat mengedit salinannya sendiri dan kemudian kembali ke nilai kelas alihalih membiarkan semua siswa melihat, menyalin, atau mengedit dokumen yang sama. Siswa juga dapat memilih untuk melampirkan dokumen tambahan dari Drive mereka ke tugas.
2.      Grading (pengukuran)
Google classroom mendukung banyak skema penilaian yang berbeda. Guru memiliki pilihan untuk melampirkan file ke tugas dimana siswa dapat melihat, mengedit, atau mendapatkan salinan individual. Siswa dapat membuat file dan kemudian menempelkannya ke tugas jika salinan file tidak dibuat oleh guru. Guru memiliki pilihan untuk memantau kemajuan setiap siswa pada tugas di mana mereka dapat memberi komentar dan edit. Berbalik tugas dapat dinilai oleh guru dan dikembalikan dengan komentar agar siswa dapat merevisi tugas dan masuk kembali. Setelah dinilai, tugas hanya dapat diedit oleh guru kecuali jika guru mengembalikan tugas masuk.
3.      Communication (komunikasi)
Pengumuman dapat diposkan oleh guru ke arus kelas yang dapat dikomentari oleh siswa yang memungkinkan komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Siswa juga dapat memposting ke aliran kelas tapi tidak akan setinggi prioritas sebagai pengumuman oleh seorang guru dan dapat dimoderasi. Beberapa jenis media dari produk Google seperti file video YouTube dan Google Drive dapat dilampirkan ke pengumuman dan pos untuk berbagi konten. Gmail juga menyediakan opsi email bagi guru untuk mengirim email ke satu atau lebih siswa di antarmuka Google Kelas. Kelas dapat diakses di web atau melalui aplikasi seluler Android dan iOS Classroom.
4.      Time-Cost (hemat waktu)
Guru dapat menambahkan siswa dengan memberi siswa kode untuk mengikuti kelas. Guru yang mengelola beberapa kelas dapat menggunakan kembali pengumuman, tugas, atau pertanyaan yang ada dari kelas lain. Guru juga dapat berbagi tulisan di beberapa kelas dan kelas arsip untuk kelas masa depan. Pekerjaan siswa, tugas, pertanyaan, nilai, komentar semua dapat diatur oleh satu atau semua kelas, atau diurutkan menurut apa yang perlu dikaji.
5.      Archive Course (arsip program)
Kelas memungkinkan instruktur untuk mengarsipkan kursus pada akhir masa jabatan atau tahun. Saat kursus diarsipkan, situs tersebut dihapus dari beranda dan ditempatkan di area Kelas Arsip untuk membantu guru mempertahankan kelas mereka saat ini. Ketika kursus diarsipkan, guru dan siswa dapat melihatnya, namun tidak dapat melakukan perubahan apapun sampai dipulihkan.
6.      Mobile Application (aplikasi dalam telepon genggam)
Aplikasi seluler Google Kelas, yang diperkenalkan pada bulan Januari 2015, tersedia untuk perangkat iOS dan Android. Aplikasi membiarkan pengguna mengambil foto dan menempelkannya ke tugas mereka, berbagi file dari aplikasi lain, dan mendukung akses offline.
7.      Privacy (privasi)
Berbeda dengan layanan konsumen google, google classroom, sebagai bagian dari G Suite for Education, tidak menampilkan iklan apa pun dalam antarmuka untuk siswa, fakultas, dan guru, dan data pengguna tidak dipindai atau digunakan untuk tujuan periklanan.
Semua fitur tersebut dapat digunakan oleh guru selama pembelajaran. Guru dapat dengan mudah mempelajari penggunaan dengan belajar secara mandiri dengan melihat di google support pada google classroom. Cara akses dan penggunaan dibedakan berdasarkan platform yang digunakan seperti komputer, telepon genggam berbasis Android dan iOS. Selain melalui google support dapat melalui channel di youtube mengenai google classroom. Pada dasarnya tahap awal yang dilakukan yakni dengan melakukan login dengan menggunakan akun G Suite for Education atau google pribadi/email google.
Adapun kelebihan google classroom menurut Janzem dalam Iftakhar (2016: 13) yakni mudah digunakan, menghemat waktu, berbasis cloud, fleksibel, dan gratis. Hal ini yang menjadi pertimbangan bahawa google classroom tepat digunakan untuk di sekolah dasar. Meskpiun masih memiliki kelemahan seperti tidak adanya layanan eksternal seperti bank soal secara otomatis dan obrolan secara pribadi antara guru untuk mendapat umpan balik (Pappas, 2015).

Pembelajaran Teks prosedur melalui Google Classroom
Materi Teks prosedur Bahasa Indonesia yang yang diintegrasikan ke google classroom ini langsung tersambung dengan internet secara daring. Google classroom dapat diakses sesuai dengan kesepakatan antara guru dan siswa. Tahapan pengembangan materi ditentukan oleh rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Pembuatan story board menentukan pembelajaran yang akan dilakukan pada google classroom. Story board merupakan rencana pembelajaran yang akan dilakukan melalui media. Isi story board yang dimaksud adalah topik pembelajaran, jenis kegiatan, rencana kegiatan, dan keterangan. Topik pembelajaran diperoleh melalui analisis kompetensi inti, kompetensi dasar, indokator dan tujuan pembelajaran. Hasil analisis mendapatkan topik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rencana kegiatan merupakan berisi mengenai hal yang akan dilakukan pada google classroom, seperti pemberian video, soal, diskusi atau materi. Semua ini tergantung guru sebagai pengguna dan harus disesuaikan dengan karakteristik topik pembelajaran. Keterangan yang dimaksud dalam story board adalah catatan jika diperlukan dalam tahap penyelenggaraan. Pembuatan story board adalah tahapan awal dalam penyelanggaran pembelajaran secara daring. Hasil pembuatan ini merupakan dasar pembuatan pembelajaran daring pada google classroom.
Pembelajaran google classroom di SMP ini menyasar kepada siswa yang sudah berada di kelas VIII. Siswa kelas VIII disebut kelas tinggi  karena memliki minat kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. Menurut Mulyani dan Syaodih (2009:15) siswa kelas tinggi terletak pada tahap menyelidik, mencoba, dan berkekperimen. Siswa pada usia tersebut sudah melek teknologi, siap menerima perkembangan zaman melalui teknologi yang ada.

Kelebihan Menggunakan Google Classroom
Ada beberapa manfaat bagi guru yang menggunakan google classroom. Yaitu:
1.      Pembelajaran akan menjadi lebih menarik
Kenapa menarik? Karena kelas digital adalah hal yang baru bagi masyarakat, dan semua hal baru akan membawa pengalaman baru bagi semua orang yang merasakannya. Guru akan merasakan cara membuat soal secara online, mengkoreksi jawaban dari siswa secara online pula. Sedangkan siswa bisa merasakan pengalaman mengerjakan soal melalui gadget mereka masing-masing, sementara orang tua, bisa mengawasi progress belajar anak dalam mengerjakan soal, bisa memantau pula, apakah ada tugas yang belum dikerjakan, bagaimana nilai anaknya, dan seterusnya. Hal-hal tersebut akan menjadi pengalaman menarik yang tak terlupakan.
2.      Guru dan Siswa tidak terikat pada suatu tempat atau waktu
Ini dia bagian yang benar-benar berbeda dari sistem pembelajaran lama, masalah tempat dan waktu. Misalnya pada suatu hari libur ada guru yang ingin memberikan beberapa soal atau tugas kepada siswanya, maka guru tidak perlu memberitahu kepada semua siswa untuk berkumpul di suatu tempat (kelas sekolah misalnya) dan memberitahu secara detail apa saja soalnya, guru cukup menjelaskan secara detail mengenai soal/tugas yang ingin diberikan secara online dan siswa bisa melihat apa yang diumumkan oleh guru tersebut secara online pula, semuanya bisa diakses secara jarak jauh. Hal ini memungkinkan pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
3.      Menghemat kertas
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa bahan pembuat kertas adalah kayu yang berasal dari pohon di beberapa hutan di Indonesia, dengan adanya Digital Class ini, maka produksi kertas bisa sedikit dikurangi karena nantinya siswa dan guru hanya memerlukan gadget sebagai alat komunikasi dan sarana utama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).
Kelemahan Menggunakan Google Classroom
Selain mempunyai manfaat bagi pengguna google classroom, juga mempunyai kelamahan. Yaitu:
1.      Harus terkoneksi dengan internet
Ini adalah kelemahan paling mendasar, karena Digital Class adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dengan internet, bahkan bisa dibilang Koneksi Internet adalah kunci utamanya. Jika masyarakat tidak bisa menggunakan internet dengan lancar maka Digital Class akan terhambat. Saya pernah melakukan beberapa sosialisasi & pengajaran tentang Digital Class ini di suatu SMP, dan disana saya membuktikan sendiri bahwa banyak sekolah yang belum siap, terutama dalam hal koneksi internet. Banyak siswa yang merelakan kuotanya berkurang untuk mengikuti kelas digital, otomatis mereka menggunakan biaya sendiri, apalagi kalau masalahnya menyangkut baik buruknya sinyal, karena tidak semua penyedia internet mempunyai sinyal yang bagus. Hal tersebut mengganggu terlaksananya Digital Class. Seharusnya pemerintah memberi anggaran untuk penyediaan internet di sekolah-sekolah, agar Digital Class bisa optimal nantinya.
2.      Terkadang siswa lebih asik dengan internetnya dibandingkan dengan materi yang diberikan oleh guru
Saat saya membicarakan kelemahan ini kepada semua siswa yang saya ajar, sebagian besar dari mereka setuju dengan statement saya ini. Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa kebiasaan lama mereka bersama gadget masih belum bisa sepenuhnya berubah. Ada yang bilang buka Facebook-lah, Twitter-lah, Instagram-lah, Youtube-lah, bahkan COC (Clash of Clans). Kebiasaan seperti ini hanya bisa diubah jika siswa benar-benar memiliki niat untuk mengubahnya. Ada saatnya siswa harus menerima materi dari Guru, ada saatnya juga siswa bermain dengan Gadget-nya masing-masing. Tentunya dengan porsi yang seimbang.
3.      Boros dalam Segi Biaya
Proses meng-online-kan pembelajaran memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, banyak yang harus diperhitungkan dalam proses pengoptimalan Digital Class ini. Secara garis besar hanya ada 2 biaya, yaitu biaya listrik dan internet, tapi meskipun hanya 2, biayanya tidak sedikit. Penghitungan anggaran akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan proses KBM sebelumnya.
4.      Mengurangi Pembelajaran Sosial
Dampak inilah yang menurut saya paling berbahaya, yaitu menurunkan pembelajaran sosial, kenapa bisa begitu? Karena saat kelas digital sudah terealisasi dengan baik, maka tiap siswa dan guru akan membawa gadget, dan pastinya mereka akan sibuk dengan gadget masing-masing, bahkan bisa saja mereka menjadi tidak peduli dengan lingkungan sekitar, nantinya akan muncul sifat individualisme dengan menganggap bahwa gadget itu segalanya, gadget itu bisa menemani dimana saja dan kapan saja, padahal anggapan itu salah, pembelajaran sosial itu perlu, menjaga komunikasi yang baik dengan sesama juga baik, karena mampu meningkatkan tali persadaraan dan rasa solidaritas. Gadget mungkin bisa membantu menyelesaikan beberapa masalah, tapi hubungan sosial dengan orang-orang akan mengajarkanmu memahami apa itu masalah hidup dan bagaimana cara mengatasinya. Ingat-ingat itu.

KESIMPULAN
Pembelajaran dengan model google classroom di SMP tanpa menyampingkan pembelajaran konvensional yang dilakukan. Guru dapat memanfaatkan berbagai fitur yang terdapat pada google classroom seperti assigments, grading, communication, time-cost, archive course, mobile applications, dan privacy. Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan google classroom, guru sebaiknya memberi pemahaman kepada wali murid agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaannya. Memberi pelatihan kepada siswa tentang penggunaan google classroom sebagai bentuk tahap pengenalan fungsi dan manfaat perangkat lunak tersebut. Tidak menutup kemungkinan jika diterapkan pertama kali mengalami kegagalan, diperlukannya refleksi dan monitoring dalam penyelenggaraan blended learning melalui google classroom.


DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Dendy Sugono, dan A. Rozak Zaidan. (Ed.). 2000. Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi. Jakarta: Pusat Bahasa
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang, 25-26 Juli 2001.
Efendi, Anwar (Ed). 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Tiara Wacana
Harina Yuhetty dan Hardjito, 2004, Edukasi Net Pembelajaran Berbasis Internet : Tantangan dan Peluangnya dalam Mozaik Teknologi Pendidikan (Dewi salma dan Eveline Siregar), Kencana Media Group dan Universitas Negeri Jakarta.
Hartoyo. 2010. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Bahasa. Semarang: Pelita Insani.
Idris, Naswil, 2001, “Pengembangan dan Peranan Sumber Daya Manusia di Era Teknologi Informasi”, Semarang
Moeliono, Anton. 2000. “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi” dalam Hasan Alwi, Dendy Sugono, dan A. Rozak Zaidan (Ed.). Jakarta: Pusat Bahasa
Munsyi, Alif Danya. 2005. Bahasa Menunjukkan Bangsa. Jakarta: KPG
Pateda, Mansoer. 1991. “Pengaruh Arus Globalisasi terhadap Pembinaan Bahasa di Indonesia”. Makalah Munas V dan Semloknas I HPBI: Padang: Panitia Penyelenggara
Purnawarman, P. 2002. “Kolaborasi Melalui Internet: Pemanfaatan Internet dalam Mata Kuliah Menulis” Artikel Jurnal Bahasa dan Sastra Vol.2, No. 2. April 2001.
Rakhmat, J.1999 . Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya
Rochaeni, Een; et.al. 2010. Prospek Penggunaan TIK dalam Pembelajaran Bahasa Ditinjau dari Faktor Pendukung dan Penghambat. Artikel. http://eenrochaeni72.wordpress.com.
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana (terjemahan dari: Approaches To Discourse). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
Setiawan, Denny.et.al.2008Komputer dan Media Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka.
Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan (Terj. dari: Language, Society and Power). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2007. Jorgensen, Marianne dan Louise J. Phillips. 2007. Analisis WacanaTeori dan Metode (terjemahan dari: Discourse Analisys). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ellis, Ryann K. (2009). Field Guide to Learning Management System. American Society for Training & Development (ASTD)
Husamah. (2013). Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: Hasil Pustaka.
Iftakhar, Shampa. (2016). Google Classroom: What Works and How?. Journal of Educationand Social Sciences, 3 (feb), 12-18.
Pappas, Christopher (2015). "Google Classroom Review: Pros And Cons Of Using Google Classroom In eLearning".
Sjukur, S.B. 2012. Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3 (2), 368-378.
Surhartono, (2016). Menggagas Pendekatan Blended Learning di Sekolah Dasar. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Guru VIII yang diselenggarakan oleh FKIP UT, tanggal 26 November 2016. Tangerang: Universitas Terbuka.
Tapscott, Don. (2009). Grown Up Digital. Unites States: McGraw-Hill.
Wikipedia. (2017). Google Classroom. 
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. (2009). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
https://classroom.google.com/




bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp