Analisis Drama Dukun-Dukunan
Pentas atau pertunjukan dalam drama sangat
menyenangkan bagi penonton. Dan bagi aktor memainkan sebuah drama adalah sebuah
kepuasan tersendiri yang tidak ternilai oleh orang lain apabila pertunjukan
tersebut sesuai apa yang diinginkannya terutama bagi penulis. Namun hal ini
tidaklah mudah bagi aktor karena harus latihan ekstra agar apa yang diinginkan
bisa terpenuhi dengan baik.
Memainkan naskah drama juga salah satu bentuk
mengapresiasi naskah tersebut. Menurut Bapak Rozekki, selaku dosen pengampuh
makul Apresiasi Drama mengatakan bahwa mengapresiasi sebuah teks drama tidak
hanya menganalisis saja akan tetapi memainkannya juga bentuk mengapresiasi.
Drama dengan judul Dukun-Dukunan adalah sebuah drama dengan konsep komedi. Tapi tidak menghilangkan
pesan-pesan apa yang disampaikan oleh penulis. Drama ini dimainkan oleh
kelompok tiga dengan jumlah aktor sebanyak tujuh orang. Yaitu: Hoirul Amin,
Masrifah, Nur Jannah, Fatimatus Zehroh, Fatima, Yulia, dan Roy Wahyudi.
Sinopsis, Bapak Asdi seorang pengangguran dijebak
oleh istrinya, istrinya mengatakan pada Parji kalau Pak Asdi adalah dukun yang dicari oleh
dirinya. Karena dipaksa dan akan dipukul kalu tidak mau akhirnya Pak Asdi
berpura-pura menjadi dukun karena takut dipukul. Setelah itu Pak Asdi di bawa
ke rumah majikannya yang mempunyai anak sedang sakit. Ketika dalam proses
pengobatan, tanpa sengaja Putri sehat dan mengakui dirinya memang tidak sakit
hanya saja dirinya berpura-pura sakit agar tidak dijodohkan oleh orang tuanya.
Akhirnya si Pak Asdi dan Putri membuat konspirasi agar sama-sama untung.
Konspirasi ini berjalan apa yang diinginkan oleh Pak Asdi dan Putri,
Dari sinopsis di atas dapat disimpulkan bahwa drama
ini penuh permainan dan sangat lucu. Hal inilah perlu dianalisis dari setiap
lini-perlini. Sejauh manakah kemampuan dari aktor-aktor tersebut? Sejauh
manakah mengatur ritme permainan, serta tata panggung saat melakukan
pertunjukan?
Peran amin (Pak Asdi) sebagai tokoh utama sangat baik
dalam menjalankan perannya hanya saja banyak timing yang kurang pas saat dialog
dengan Ifa (Ibu Asdi). Mungkin akan
lebih menarik kalau timing di situ lebih tepat. Begitu juga Ifa, dia mampu
menjalankan dengan baik hanya saja ada beberapa timing kurang sesuai seperti Amin.
Jejen yang berperan sebagai Parji (pembantu) juga
sangat bagus. Fatim (Bu Martabat) pun juga sangat bagus akan tetapi akan lebih
bagus memakai logat aslinya, karena logat Jawa yang digunakannya terlihat
sekali bahwa logatnya dibuat-buat sehinga kedengarannya kurang cocok. Zehroh
(dokter) yang memerankan sebagai dokter cukup bagus hanya saja ada
kekurangan-kekurangan serta intonasi pembicaraannya tidak menunjukkan karakter sebagai
dokter.
Ini yang paling fatal ada pada Roy (Pak Martabat).
Roy ini sangat terlihat mentalnya. Dia sedikit gemetaran saat di pangggung
bahkan dia kelihatan sekali menahan tawanya. Dan juga Yulia yang berperan
sebagai seorang anak (Putri) kurang bisa
mengontrol dirinya sehingga seakan-akan ingin tertawa melihat teman-temannya.
Dalam segi tata panggung sangat baik bahkan efek background
cukup sederhana tapi sangat bagus karena cocok warna satu dengan
warna-warna yang lain. Sehingga panggung ini enak dipandang. Apalagi membuat
gubuk yang sangat sederhana sehingga panggung ini kelihatan berbeda dari
kelompok yang lain.
Dalam pengambilan kostum sangat bagus dari setiap
pemain namun ada beberapa kostum yang kurang sesuai dengan karakter dan
kecocokan dalam menggunakan kostum. Seperti Pak Asdi yang berperan sebagai duku
menggunakan baju Sakera. Sehingga kostum itu kurang cocok dan keangkeran
sebagai dukun kurang terlihat. Alangkah baiknya memakai kostum yang lebih serem
sedikit agar efeknya lebih bagus. Begitu juga kostum Fatimas Zehroh yang berperan
sebagai dokter, bajunya sangat kebesaran dan baju yang dipakai baju perawat.
Kalau posisi sebagai dokter juga tidak apa-apa memakai baju batik asal sopan, karena posisi dokter sedikit lebih bebas
dibanding perawat.
Penampilan kelompok tiga dalam drama Dukun-dukunan
sangat bagus dan harus diberi presiasi dengan baik. Karena keruntutan cerita
dan apa yang diinginkan oleh penulis bisa tersampaikan dengan baik yaitu drama
komedi, drama membuat penonton tertawa.