Tuesday, August 27, 2019

Perlawanan Bumi Manusia


Saat itu, Minke (Iqbal Ramadhan) menaiki dokar mewah bersama Suurhop, teman kelasnya di sekolah Hogere Burger School (HBS) setingkat SMA menuju ke rumah keluarga Mallema di Wonokromo Surabaya. 

Sesampai di sana, Minke mendapat perlakuan rasis dari Robert dan jatuh cinta kepada Annelis serta bertemu dengan Nyai Ontosoroh, seorang gundik Eropa. Dari pertemuan inilah yang mengubah hidup Minke.

Film yang diadaptasi dari novel legendaris, Bumi Manusia karya sastrawan hebat, Pramodya Ananta Toer bercerita tentang Minke—putra seorang Bupati Bojonegoro yang sekolah di HBS. Sebagai orang Pribumi, Minke harus menghadapi berbagai provokasi rasisme Klonial dan foedalisme Hindia Belanda. Selain itu, Minke membuktikan dirinya pantas sekolah di HBS dengan menjadi lulusan terbaik.

Kolonialisme
Melalui Film Bumi Manusia, film tersembut menggambarkan bagaimana keadaan saat masa kolonial Belanda yang terjadi pada saat itu. Film tersebut bercerita Minke seorang Pribumi mampu sekolah di HBS. 

Ia dikenal siswa yang pandai dalam menulis. Karena kepandaian tersebut, ia tidak disukai oleh siswa-siswi di HBS karena serin berpakaian model Eropa. Karena dalam kolonial, pribumi yang berpakiaan seperti apapun tetaplah pribum sehingga sering mendapatkan rasisme klonial. 

Minke menggambarkan dirinya seorang revolusiner dengan berani melawan ketidakadilan terhadap pribumi dan budaya yang berkembang dalam kalangan Priyai.

Menghadapi klonialisme Hindia Belanda bukanlah hal mudah. Rasisme pada masa penjajahan adalah sesuatu yang seksi dan sering kali didapat, juga hukum yang selalu menguntungkan orang Eropa. Minke hanya menghadapi dengan ketenangan dan kesebaran, kadang tak segan untuk berkelahi jika berlebihan. 

Namun, bila menyangkut ketidakadilan pada Pribumi, maka satu-satunya kekuatan untuk melawan kolonialisme adalah tulisan-tulisa dengan dimuat di media terbitan Belanda.

Ada satu perlawanan Minke terhadap kolonialisme yang tidak seperti Pribumi lainnya, ia selalu menghadapi dengan elegan. Sebagai seorang Pribumi, ia membuktikan dirinya menjadi lulusan terbaik di sekolah HBS. 

Meskipun di tengah perjalanan ia pernah dikeluarkan akibat keikutcampurannya terhadap kasus yang dialami Nyai Ontosoroh dan kemudian dimasukkan kembali ke HBS. Karena, HBS mendapat kritkan dari alumninya yang mengeluarkan siswa yang berprestasi. Hal tersebut merupakan perlawanan elegan yang dilakukan oleh Minke terhadap klonialisme Belanda.

Feodalisme
Sesampai di rumah Mellama, Minke jatuh hati terhadap Annelis, seorang Indo blasteran Eropa. Minke juga bertemu seorang gundik bernama Nyai Ontosoroh. Namun, Nyai Ontosoroh bukanlah gundik biasa seperti yang terjadi di masa klonial Hindia Belanda. Nyai Ontosoroh digambarkan seorang gundik hina dan tidak memiliki hak sebagai manusia. 

Menariknya, Nyai Ontosoroh menyadarinya lalu belajar terus menerus sehingga menjadi perempuan yang mempeoleh haknya sebagai manusia. Ia melawan kebodohan, kemiskinan dan kehinaannya dengan cara belajar. 

Nyai Ontosoroh memperolehnya dan mampu melawan feodalisme, dengan mengurusi semua perusahaan besar keluarganya, juga administrasi keuangan dalam kelurga. Katanya, “untuk memperoleh haknya sebagai manusia harus dengan belajar.”

Memperoleh haknya sebagai manusia adalah perlawanan terhadap feodalisme yang terjadi di masa klonial Belanda yang terjadi dalam keluarganya sehingga menjadi manusia terhormat. Ia sebagai perempuan tidak terdidik di sekolah mamatahkan bahwa belajar di luar sekolah juga mampu menjadi orang yang berwawasan luas. Mengurusi perusahaan dan administrasi dalam keluarganya dengan baik.

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp