Sunday, October 13, 2019

Aksi Konyol RKUHP 2019



Aksi September 2019 dalam tututan pembatalan RKUHP adalah salah satu aksi terbesar yang pernah ada pasca 98. Aksi ini menyeluruh dan hampir elemen mahasiswa ikut aksi terutama yang ada Jakarta.

Aksi ini bukan lagi milik aktivis tertentu seperti yang sering terjadi selama ini tapi milik mahasiswa, benar-benar mahasiswa. Mahasiswa yang aksi mulai dari sebutan aktivis, juga mahasiswa yang notabene selama ini khawatir akan terik matahari.

Sungguh aksi luar biasa! Keluarbiasaan ini salah satunya adalah massa aksi yang sangat banyak. Namun keluarbiasaan tersebut merupakan salah satu aksi terkonyol yang pernah terjadi di Indonesia pasca 98.

Kenapa tidak terkonyol, banyak poster yang dibawa saat aksi hanya bikin ketawa, misal "selengkengan bukan urusan Negara." Siapa yang mau urus selengkenganmu, Mbak. Selengkengan pejabatnya juga tak terurus. 

Saya yakin yang ikut aksi kemarin belum baca KUHP yang baru. Bahkan oratornya pun belum tentu sudah membacanya. Publik hanya membaca sepotong-sepotong yang didapat oleh media dan itu di-framing seakan-akan KUHP tentang perzinahan adalah suatu diskriminasi. Padahal jikan membaca secara utuh mungkin tidak akan bertebaran poster tentang selengkengan.

UU Pezinahan dibuat hanya menutupi ketimpangan selama ini terjadi. Selama ini yang dikena KUHP hanya lelaki saja dan perempuannya aman-aman meskipun dasarnya sama-sama suka. Dengan KUHP terbaru, laki-laki maupun perempun sama-sama dikena hukum perzinahan bila ada yang melaporkan.

Aksi kemarin hanya fokus di depan gedung DPR. Dalam tuntutannya saat aksi salah satunya meminta Presiden mengeluarkan Perpu. Kenapa tidak konyol? Yang didemo gedung DPR dan yang dituntut adalah Presiden. Kalau tuntutannya ke Presiden seharusnya aksi di Istana.

Mahasiswa hanya termakan doktrik senior—bahwa 98 mampu menggulingkan rezim Orde Baru. Mahasiswa digiring dengan background 98 dengan hastag #Gejayanmemanggil. Gejayan dinarasikan sebagai gerakan yang ikut andil meruntuhkan Orde Baru.

Perlu dicatat bahwa Orde baru tidak sekuat 2019. Saat itu pemerintahannya lemah baik di DPR maupun yang lain. Jadi lebih mudah untuk goyang dibandingkan sekarang.

Sekarang, DPR sangat kuat apalagi Istana. Mahasiswa dengan yel-yelnya meminta Jokowi turun dari jabatan Presiden hanya menjadi sampah dan tidak akan terjadi bahwa Presiden akan meletakkan jabatannya karena adanya aksi.

Maka ini konyol. Sebagai mahasiswa tentunya harus paham membaca situasi dan juga titik mana yang akan menjadi titik aksi. Masak aksinya di DPR dan meminta Presiden untuk mengeluarkan Perpu. Seharusnya minta ke DPR, hehehe....



bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp