Thursday, February 13, 2020

Ideologi Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari Kajian Marxisme

pixabay.com

PENDAHULUAN
Sastra (novel) jika dilihat dari perspektif mimetis, maka dimaknai sebagai tiruan atau cerminan masyarakat. Sastra tidak lahir dari kekosongan zaman, ada sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat yang kemudian dikonstruksikan secara imajiner oleh pengarang (sastrawan) melalui karyanya (Teeuw: 1984). Pengarang melalui karyanya memiliki motif dan tujuan tertentu untuk menggmbarkan realitas masa sebagai pembelajaran bagi pembaca maupun masyarakat. Hal ini seperti Ahmad Tohari melalui karya-karyanya, seperti noval Kubah.
Novel Kubah yang ditulis oleh Ahmad Tohari terbitan tahnu 1980 mengambil latar belakang sosial peristiwa G30S PKI. Kubah merupakan sebuah novel yang menceritakan kisah Karman, seorang pria miskin yang terjebak dalam pergolakan politik Indonesia pada tahun 1950-an. Ia adalah pemuda yang baik, tulus, cerdas, dan lugu. Namun keluguan dan ketulusan hatinya membuatnya mudah dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. Perubahan perilaku dan watak Karman akibat hasutan tokoh lain, yang dalam hal ini adalah Tariman, sebagai tokoh PKI. Karman digambarkan sebagai representasi dari kelas bawah tatanan masyarakat hanya dapat menerima perlakuan tokoh kelas atas sebagai pekerja. Pertemuan Karman dengan Margo dan Triman yang merupakan kader PKI membawa dampak yang nyata bagi pandangannya terhadap status sebagai sistem sosial masyarakat. Pandangan Marxisme yang ditanamkan Margo dan Triman pada Karman membuatnya antipati terhadap agama. Hal ini didorong rasa sakit hatinya kepada Haji Bakir, seorang tokoh agama di desa Pegaten. Awal mulanya, karena ia merasa Haji Bakir tidak menginginkannya menjadi menantu atau suami dari anak perempuan satu-satunya, Rifah. Karena kejadian ini ia menjadi antipati terhadap agama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatehuai makna ideologi dan kelas sosial yang terdapat dalam novel Kubah kakrya Ahmad Tohari. Yaitu dinamika ideologi tergambarkan Karman sebagai tokoh utama adalah kelas sosial rendah untuk mendapatkan hak-haknya sebagai sebagai manusia. Karrman yang digambarkan orang cerdas dan polos menjadi orang komunias karena adanya rekontruksi sosial dalam hidupnya. Yaitu rekontruksi ideologi dalam kesetaraan kelas yang harus didapatnya. Gambaran realitas tersebut tentang ideologi dalam kelas sosial adalah masuk di ranah sastra Marxisme. Oleh karenanya, penelitian ini akan mengulas dinamika ideologi Karman yang terdepat dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari.
Untuk mencapai tujuan ini, maka paper  yang didiskusikan adalah 1) bagaiaman konseptualisasi ideolodi dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari? 2) bagaiamana struktur kelas sosial dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari? Untuk menjawab dua rumusan masalah tersebut adalah menggunakan pendekatan sastra Marxisme. Teori sastra Marxis tepat digunakan karena menawarkan pemikiran kelas sosial di mana fokus analisis terletak pada relasi antar tokoh dalam konteks latar sosial dan alur sebagai peristiwa, sehingga aspek sosial yang berfokus pada relasi tokoh sebagai individu yang lengkap tindakan sosial.
Ideologi dalam sastra ialah suatu pandangan yang berhubungan dengan posisi kelas dan sisi kehidupan yang faktanya seringkali diputar balikkan. Namun secara garis besar, ideologi berhubungan dengan proses pembenaran dominasi yakni adanya pembenaran hubungan kekuasaan yang tidak seimbang. Begitupun dengan apa yang diungkapkan Marx dalam kritik ideologinya, bahwa ideologi adalah ajaran yang menjelaskan suatu struktur kekuasaan yang dirancang sedemikian rupa, sehingga orang menganggapnya sah, padahal jelas tidak sah. Ideologi melayani kepentingan kelas berkuasa karena memberikan legitimasi kepada suatu keadaan yang sebenarnya tidak memiliki legitimasi.
Menurut Marx, agama adalah candu rakyat. Ini adalah kritik Marx yang paling terkenal. Candu itu memberikan kepuasan, tetapi kepuasan itu semu karena tidak merubah situasi buruk si pecandu. Agama menjanjikan ganjaran di akhirat bagi orang yang dengan tabah menerima “nasib” atau “salibnya”. Maka, rakyat kecil bukanlah memperjuangkan perbaikan nasib mereka, tetapi malah bersedia menerima penghisapan dan penindasan yang dideritanya, (Suseno, 1999: 123).
Adapun ideologi dalam arti yang sebenarnya bukan sarana yang dipakai oleh kelas-kelas atas untuk menipu. Ideologi betul-betul dipercayai oleh seluruh masyarakat sebagai jalan. Si kapitalis secara subjektif jujur apabila ia yakin bahwa siapa saja yang dengan setia memenuhi kewajibannya masing-masing adalah memenuhi kehendak Tuhan. Tetapi mengapa agama, moralitas, nilai-nilai budaya, dan sebagainya selalu dan dengan sendirinya menguntungkan kelas-kelas atas? Karena, sebagaimana ditulis oleh Marx dan dikutip oleh Suseno, “pikiran-pikiran kelas berkuasa di setiap zaman merupakan pikiran-pikiran yang berkuasa, artinya, kelas yang merupakan kekuatan material masyarakat yang berkuasa sekaligus merupakan kekuatan spiritual masyarakat?”. Mengapa demikian? Karena hanya kelas-kelas yang “menguasai saranasarana produksi material sekaligus menguasai sarana-sarana produksi spiritual,” (Suseno, 1999: 124).
Dari penjelasan tentang teori Marxisme di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut Karl Marx, motor perubahan dan perkembangan masyarakat adalah pertentangan antar kelas-kelas sosial. Kepentingan tidak terletak pada minat orang-orang tertentu, namun dalam proses produksi secara objektif sudah ditetapkan oleh kelas masing-masing.

METODE
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna ideologi dari tokoh utama bernama Karman dalam novel berjudul Kubah karya Ahmad Tohari. Berdasarkan tujuan tersebut maka penelitian ini disebut penelitian deskriprif analisis. Menurut Ratna deskriptif analisis dilakukan dengan cara pendeskripsian fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2009). Penelitian ini juga disebut penelitian kualitatif. Fraenkel dan Wallen dikutip oleh Suharsaputra menyatakan bahwa penelitian kualitatif berarti mengkaji kualitas hubungan atau material dengan penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada situasi tertentu, (Suharsaputra, 2012: 181).
Dalam studi penelitian teori sastra Marx ini peneliti menggunakan paradigma yang menganalisis relasi struktur kelas sosial dengan masyarakat. Analisis tersebut mencakup struktur kelas sosial, relasi struktur kelas sosial dengan struktur kelas sosial masyarakat, dan identifikasi kelas sosial pengarang.
Sumber data primer yang digunakan adalah novel Kubah karya Ahmad Tohari. Sedangkan sumber data penunjang berupa buku-buku dan artikel mengenai ideologi, pemikiran Karl Marx, jurnal yang membahas ideologi khususnya Marxisme, teori sastra, dan seputar penelitian sastra. Adapun teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik baca simbolik dan semantik, serta teknik catat quotasi dan parafrase yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan kategori data yang diperlukan, (Kaelan, 2012: 164-167).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dipaparkan melingkupi: a) konseptualisasi ideologi; b) analisis Marxisme terhadap novel Kubah karya Ahmad Tohari paradigma relasi struktur kelas sosial dalam masyarakat yang meliputi: 1) analisis struktur kelas, yaitu identifikasi latar sosial yang menjadi konteks terjadinya peristiwa, identifikasi kelas-kelas sosial, analisis aktivitas-aktivitas sosial yang terjadi antarkelas sosial yang direpresentasikan dalam relasi antar tokoh, dan 2) relasi struktur kelas sosial sastra dengan struktur kelas sosial masyarakat.
Konseptualisasi Ideologi
Ideeologi digunakan oleh Marx untuk merujuk kepada aturan ide-ide yang menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi pada pusat sistem. Ideologi dapat dipahami sebagai (1) suatu sistem–agama, filsafat, sastra, dan hukum–yang menjadikan kontradiksi antar kelas tampak koheren, (2) suatu pengalaman-pengalaman yang mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi sebagai problem personal atau keanehankeanehan individual, dan (3) sistem yang menghadirkan kontradiksi kelas sebagai suatu kontradiksi pada hakikat manusia yang tidak bisa dipenuhi oleh perubahan, (Ritzer & Goodman, 2011: 71). Adapun konseptualisasi ideologi dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.       Ideologi Tertutup
Mengenai ideologi tertutup bahwa isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntunan-tuntunan dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak. Hal itu juga berarti orang harus tunduk kepada elite yang mengembannya.
Kebaikan yang pernah ia berikan kepadamu adalah contoh kemunafikan yang nyata. Takkan pernah ia menolongmu, menyantunimu ketika kau masih kanak-kanak, apabila tidak melihat keutnungan yang dapat diperoleh darimu. Tenagamu, misalnya! Jadi tidak mengherankan apabila Haji Bakir menolak lamaranmu. Seorang tuan tanah selalu jahat, tidak berperikemanusiaan. Pasti ia menganggap kau tidak pantas menjadi menantunya karena kau keturunan rakyat jelata. Bukan karena kau datang terlambat. Bukan! Tetapi karena kau miskin dan Abdul Rahman anak orang terkaya juga. Mereka orang-orang kaya adalah kaum penindas yang secara historis selalu mempertahankan kelestarian kelasnya. Mereka tidak ingin seorang seperti engkau masuk ke dalam kalangan mereka. Sadarlah kau sekarang, betapa jahat kaum tuan tanah itu,” (92-93).
Sesuai dengan kutipan di atas, pada tahap ini Karman memiliki ideologi komunis yang dapat dikategorikan ideologi tertutup. Ideologi ini sebagai bentuk reaksi atas perkembangan sistem masyarakat kapitalis yang dipengaruhi paham liberal. Dalam ideologi komunis, sistem masyarakat kapitalis mengakibatkan penderitaan rakyat karena menindas dan mengesampingkan peran rakyat kecil.  Margo membuat Karman memiliki pembelaan hubungan kekuasaan yang tidak simetris, yaitu misi menyesampingkan kebaikan-kebaikan Haji Bakir dalam hidup Karman semasa kecil. Menjadikan hal itu adalah hal yang keliru karena telah memanfaatkan tenaganya sebagai anak kecil.
b.      Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah nilai komunis tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri, jadi yang berlaku di ideologi tetutup tidak berlaku di  ideologi terbuka. Ideologi terbuka digali dalam masyarakat, ia tidak diciptakan atau didikte oleh penguasa.
Karman mendengar puji-pujian itu. rasanya dia yakin bahwa dirinya tidak berhak menerima semua pujian itu. tetapi wajah orang-orang Pegaten yang berhias senyum, sikap mereka yang makin ramah. Membuat Karman merasa sangat bahagia. Karman sudah melihat jalan kembali menuju kebersamaan dan kesetaraan dalam pergaulan yang hingga hari-hari kemarin terasa mengucilkan dirinya, (189).

Kutipan di atas merupakan peristiwa terakhir dalam novel di mana Karman kembali lagi pada ideologinya sebagai bagian dari masyarakat Pegaten. Konsensus tatanan masyarakat tidak sempurna yang awalnya ia tolak, pada tahap ini, menjadi bukan masalah. Karena kontradiksi antar kelas yang terjadi dalam suatu masyarakat memang tidak dapat dinafikan.
Pada tahap ini yang kemudian menjadi ide ologi Karman adalah ideologi terbuka Pancasila. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia berfungsi sebagai cita-cita negara yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Selain itu juga menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia.
Dengan demikian, ideologi menurut Marx merupakan kesadaran, keyakinan, ide, dan gagasan yang dipercaya masyarakat yang menjadikan kontradiksi kelas itu tidak tampak atau sebaliknya. Oleh karena itu, menurut pendapat Marx, yang dikutip oleh Jones, mengidentifikasi dua bentuk ideologi sebagai hasil kesadaran manusia, yaitu (Kurniawan, 2012: 43)
a)      Ideologi kesadaran kelas.
Paman, bagaimana aku akan mengatakan adil bila satu setengah hektar sawah hanya ditukar dengan satu ton padi? Pokoknya tidak adil. Sudah bagus bila aku tidak menuntut sawah itu kembali. Mengapa aku harus berbaik terhadap orang yang menyebabkan seisi rumahku sengsara?(99).

Karman sebagai wakil dari bagian masyarakat subordinat memandang realitas, dalam hal ini, berupa transaksi jual-beli yang dilakukan ayahnya dan Haji Bakir sebagai sesuatu yang salah. Meski secara sistem benar, namun ide akibat propaganda dari Margo menimbulkan kesadaran pada dirinya tentang eksistensinya sebagai suatu kelas ekonomi yang dipinggirkan.
b)      Ideologi kesadaran semu.
Apa yang mendorong Karman memutuskan ikut berlibur ke Semarang, ia sendiri tidak dapat memastikan. Boleh jadi ia bena-rbenar ingin melihat kota itu, atau karena ia selama ini tidak mampu menolak kehendak Triman (108).

Sikap Karman ini merupakan kesadaran yang tidak muncul bebas dari kondisi ekonomi, melainkan sikap patuh karena campur tangan Triman mengenai kepegawaian Karman. Hal ini berhubungan dengan syarat yang diajukan Triman sebagai bentuk balas budi, yaitu rasa terimakasih. Terdengar sepele, namun menjadi pegawai adalah hal berharga dalam hidup Karman. Sehingga terhadap Triman, hubungan antar kelas menjadi bias dan menjadi kesadaran semu.
Ideologi kesadaran kelas dan kesadaran semu inilah yang menjadikan kelas subordinat memahami kedudukannya sebagai kelas yang tereksploitasi, sehingga mereka pun memulai perjuangan politik yang dirancang untuk menggantikan tatanan sosial yang lama dengan yang baru, yang lebih sesuai dengan tatanan ekonomi yang baru, (Saifuddin, 2009: 92).
Struktur kelas sosial sastra
Dengan melihat sastra sebagai “dunia” yang dimediakan dengan kata, maka fokus analisis sosiologi sastra adalah pada relasi antartokoh dalam konteks latar sosial dan alur sebagai peristiwa. Dari relasi ketiga unsur ini (tokoh, latar, dan alur), maka aspek sosiologi, yang berfokus pada relasi tokoh sebagai individu kolektif yang bertindak sosial dapat diidentifikasi.
a.    Identifikasi Latar Sosial
Latar sosial adalah ruang kehidupan sosial yang mengorganisasi segala bentuk aktivitas sosial dalam sastra. Aktivitas sosial ini bisa dilihat dengan mengidentifikasi hubungan atau relasi yang terjadi antartokoh. Latar sosial dalam sastra tentu saja tidak bersifat tunggal, tapi berlapislapis.
Karman, Pak Triman. Betapa saya ingin menyekolahkan dia sampai tingkat menengah atas, tetapi tak dapat. Anak saya sendiri sudah waktunya membutuhkan biaya. Karman anak yang biak, pintar. Sayang ia harus puas dengan ijazah SMP. Sekarang Karman kusuruh mencari pekerjaan. Apa boleh buat, (82).

Kutipan ini menggambarkan latar Karman sebagai masyarakat desa kelas bawah, yaitu kelompok yang tidak memiliki modal atau kekuasaan untuk menghasilkan pendapatan. Maka yang terjadi adalah ketergantungan terhadap pemilik modal, dalam hal ini Triman. Meski bukan ‘pemilik modal’ secara harfiah, namun Triman memiliki kekuasaan yang dapat mengangkat harkat kehidupan Karman. Sikap Triman dapat dikatakan sebagai bentuk nilai keguyuban dan kemanusiaan sebagai masyarakat desa.
Yang terjadi di Pegaten pada awal tahun enam puluhan, sama seperti yang terjadi di mana-mana. Boleh jadi orang tidak senang mengingat masa itu kembali karena kepahitan hidup yang terjadi waktu itu, (132).

Selanjutnya adalah Indonesia di tahun enam puluhan, saat makar berdarah pecah di Jakarta. Tak ada pilihan bagi pemerintah orde baru untuk mempertahankan stabilitas negara selain dengan menumpas oknumoknum penyulut huru-hara. Adapun bukti yang mengacu bahwa konteks sosial dalam novel Kubah itu berlatarkan pemerintahan orde baru adalah: (1) terjadinya makar berdarah di Jakarta; (2) gerakan revolusi yang diusung Margo, Triman, dan kawan-kawan; (3) nilai-nilai komunis yang dipertentangkan dalam sepanjang kisah Karman.

b.    Identifikasi Kelas-kelas Sosial
Kelas sosial ini menyangkut identifikasi kelas dalam konteks pemilikan alat-alat produksi, sehingga akan memunculkan dua kelas sosial. Penentuan kelas sosialnya didasarkan pada basis ekonomi.
a)      Kelas Atas
Hari-hari selanjutnya, Karman dan adiknya mendapat perhatian yang cukup dari keluarga Haji Bakir. Selalu ada pekerjaan kecil-kecilan yang bisa dikerjakan Karman sementara anak itu momong adiknya. Dengan memberi pekerjaan kecil, Bu Haji bermaksud mendidik Karman sehingga ia Basid & As Sulthoni, tidak terbiasa bergantung kepada pemberian orang ...,( 59).

Latar sosial dalam peristiwa ini adalah pedesaan dimana Haji Bakir menjadi representasi orang kaya yang memiliki modal usaha atau tuan tanah. Meski dalam teori Marx tuan tanah digambarkan sebagai kelas yang mengintimidasi rakyat kecil, namun dalam novel Kubah ini Ahmad Tohari menggambarkan keluarga Haji Bakir sebagai bagian masyarakat yang baik. Hal ini terlihat dari sikap yang ditunjukkan pada Karman sebagai orang miskin.
Yah, tentu saja berusaha menanam jasa kepada dia. Sudah saya laporkan, saat ini Karman sangat membutuhkan pekerjaan. Apabila dia bisa menjadi pegawai atas bantuan kita, maka perkenalan dia dengan kita berlangsung sangat wajar dan mulus. Jadi pertanyaan saya saat ini adalah: apakah ada lowongan pekerjaan yang bisa kita berikan kepada Karman? (79).
Dalam hal ini Triman memang bukan pemegang langsung modal usaha, alat-alat produksi yang ia miliki berasal dari imbalan atas tugas-tugasnya, namun ia berperan dalam penyediaan lapangan pekerjaan untuk Karman. Dalam hal ini Triman melakukan muslihat sebagai kelas atas sehingga menimbulkan hutang budi untuk selamanya. Maka dari itu Triman dapat mudah menanamkan propaganda Komunis karena telah berhasil mengikat Karman dengan rasa terimakasihnya.
b)      Kelas Bawah
Karman tahu Bu Mantri, ibunya, tak pandai menuai. Jadi bagaimanapun baiknya panen musim itu, Bu Mantri tidak akan mendapat bawon, yaitu upah menuai padi. Padi yang diterima dari Haji Bakir sebagai upah Karman sudah habis, karena sebagian dijual untuk keperluan lain. “Tak pantas pada waktu panen seperti ini ibuku tak punya beras. Sebaiknya aku ikut menuai padi agar ibuku sempat merasakan nasi yang empuk, (63).
 Dari kutipan di atas Karman menjadi representasi yang tepat sebagai kelas bawah dalam teori Marx. Karman yang harus menuai padi pada pemilik sawah demi mendapat beras menandakan penguasaan materi ekonomi yang rendah. Karman menjadi bagian masyarakat yang tidak memiliki modal sehingga untuk menunjang hidupnya harus bergantung pada pemilik modal atau tuan tanah yang disebut kaum borjuis.


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap novel Kubah karya Ahmad Tohari menggunakan teori sastra Marx, dapat disimpulkan bahwa bentuk ideologi Karman pada awalnya seperti anggota masyarakat pedesaan seperti pada umumnya, yakni ideologi terbuka berupa Pancasila. Hal ini digambarkan secara tidak langsung, dari narasi novel maupun interaksi antar tokoh dalam bentuk dialog. Hingga masuknya tokoh Margo dan Triman dalam kehidupan Karman yang sedang terpuruk. Propaganda komunis berbalut revolusi yang ditanamkan oleh Margo dan Triman membuat Karman menjadi sosok yang berbeda. Ideologi tertutup, yaitu ideologi komunis menjadikannya sinis, penuh curiga, dan memiliki pandangan yang berbanding terbalik mengenai posisi kelas-kelas sosial pada tatanan masyarakat Pegaten.
Karman mengalami dinamika ideologi disebabkan oleh: a) taraf ekonominya yang rendah, sehingga mudah bagi Triman dan Margo melakukan intervensi halus yang menjadikan Karman patuh dan masuk dengan sukarela dalam lingkaran pergaulan Margo dan Triman; b) ditolaknya lamaran Karman kepada putri Haji Bakirhingga dua kali. Hal ini membawa dampak kekalutan dan ketidakstabilan jiwa Karman sehingga ia tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, mudah bagi Margo dan Triman menanamkan propaganda komunis secara terselubung; c) statusnya sebagai bekas tahanan politik. Keadaan ini membuatnya terasing dan seolah-olah ada batas tak terlihat antara dirinya dan lingkungan sekitar.

DAFTAR RUJUKAN
Hubermann, M. B, & Miles, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis (2ndEdition). London: Sage Publication.
Kaelan, MS.(2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma.
Kurniawan, H.(2012). Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. 2012. Yogyakarta: Graha Ilmu.
 Ritzer, G., & Goodman, D.J.(2011).Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.
Saifuddin, A.F. (2009). Pengantar Teori-Teori Sosial; dari Teori Fungsionalisme Hingga Post- Modernisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ratna, N.K. (2010). Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2015).Metode Penelitian Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, U.(2012).Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung:PT Refika Aditama.
Suseno, F. M. (1999).Pemikiran Karl Marx; dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp