Tuesday, July 4, 2017

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK Abd Chaer



1.        Teori Perkembanagn Bahasa Anak

Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis atai teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencata adanya tiga pandangan teori dalam perkembangan bahasa anak.

A.      Pandangan Nativisme

Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini tidak menganggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan yang disebut hipotesis pemberian alam.

B.        Pandangan Behaviorisme

Menurut kaumbehavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperolah melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan  yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Kaum behavioris tidak hanya mengakui peranan aktif si anak dalam proses pemerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui kematangan si anak itu. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lingkungannya.

C.      Pandangan kognitivisme

Chomsky pernah menyinggung masalah kognitivisme dari piaget ini. Beliau menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapt menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak dank has itu. Begtiu juga limgkungan berbahasa tidak dapat menjelaskan struktur yang muncul di dalam bahasa anak. Oleh karena itu menurut Chomsky bahasa struktur haruslah diperoleh secara alamiah.

2.        Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir yang paling tamapk, yakni sebuah perkembangan yang betahap dari duduk, merangkak, sampai berjalan.

Motor berarti gerak dua. Dua kemampuan bergerak yang paling banyak diperhatiakn para pakar adalah berjalan  dan penggunaan tangan sebagai alat. Baik berjalan maupun pemahaman penggunaan tangan sebagian besar tergantung pada kedewasaan.

3.         Perkembangan Social Dan Komunikasi

Sesungguhnya semenjak lahir bayi sudah disetel secara biologis untuk berkomunikasi; dia akan tanggap terhadap kejadian yang ditimbulkan oleh orang disekitarnya (terutama ibunya), daya lihat bayi yang paling baik berada pada jarak kira-kira 20 cm (8 inci) yakni jarak yang terjadi pada waktu interaksi rutin terjadi  antara bayi dan ibu, kurang lebih 70% dari waktu menyusui sangibu memandangi bayinya dalam jarak 20 cm itu. Oleh karena itu byi akan membalas tatapan ibunya dengan melihat mata sang ibu yang menarik perhatiannya. Kemudian bayi juga belajar bahwa sewaktu terajadi saling tatap mata berarti ada komunikasi antara dia dan ibunya.

4.        Perkembangan Kognitif

Istilah kognisi berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam proses pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata kognisi bisa dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran.

Dari sekian banyak kajian tentang proses berpikir pada anak-anak dalam usia yang berbeda-beda. Piaget menyatakan adanya beberapa tahap perkembangan kognitif anak. Tahap-tahap itu adalah sebagi berikut:

A.    Tahap Sensomotorik

Pahap sensomotorik ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan koknisi anak, pada awal tahap ini bayi belom membedakan dirinya dari isi dunia lainnya, memori (daya ingat) yang belom sempurna muncul bersamaan dengan beberapa antisipasi akan hal-hal yang akan datang seperti, pengguna panca indra kemampuan motorik

B.     Tahap Praoposional

Pada tahap ini cara “brpikir” anak-anak masih didominasi oleh cara-cara bagai mana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berpikir masih kurang operasional. Umpamanya, kanak-kanak itu belom bisa menyadari bahwa jumlah benda akan tetap sama,misalnya dalam eksperimen pada seorang anak dihadapkan dua buah gelas yang besar dan bentunya sama, dan keduanya sama-sama berisi air penuh,

C.    Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret ini dilalui anak yang berusia sekitar tujuh sampai menjelang sebelas tahun. Pada tahap kanak-kanak itu telah memahami konsep konferensi sehingga mereka tahu bahwa air yang ada didalam gelas dan ada dalam silinder jumlahnya sama. Namun, kanak-kanak itu tidak bisa menjelaskan alasanya.

D.    Tahap Operasional Formal

Pada tahap ini yang dilalui  setelah anak berusia sebelas tahun ke atas, anak-anak sudah berpikir logis sepertihalnya dengan orang dewasa. Selama preode operasional formal ini, anak-anak mulai menggunakan aturan-aturan formal dari pikiran dan logika untuk memberikan dasar kebenaran jawaban-jawaban mereka.

5.         Perkembangan Bahasa

            Bayi baru lahir sampai usia satu tahun lazim disebut dengan istilah infant artinya tidak mampu berbicara; istilah ini memang tepat kalau dikaitkan dengan kemampuan berbicara atau berbahasa.namun kurang tepat atau tidak tepat kalau dikaitkan dengan kemampuan berkomunikasi,

A.     Tahap perkembangan artikulasi

            tahap ini dilalui bunyi antara sejak lahir sampai kira-kira berusia 14 bulan. Pada bab 13.3 sudah dibicarakan bahwa menjelang usia satu tahun, bayi dimanapun sudah mampu menghasikan bunyi-bunyi vokal “aaa”, (dora dkk., 1976; raffler engel, 1973) namun sebenarnya usaha ke arah menghasilkan bunyi-bunyi itu sudah mulai pada minggu-minggu sejak kelahiran itu.

a.      Bunyi resonasi

Penghasilan bunyi, yang terjadi dalam rongga mulut, tidak terlepas dari kegiatan dan perkembangan motorik bayi pada bagian rongga mulut itu. Pada waktu baru lahir pengenyutan dilakukan dengan gerakan rahang ke atas dan kebawah. Dalam beberapa minggu kemudian si bayi mulai mengembangkan gerakan kesamping. Gerakan rahang kedepan dan ke belakang baru terjadi saat bayi berusia satu tahun.

Untuk mengenyut bayi itu harus menutup rongga hidung dengan menaikkan volume. Kegiatan yang merepotkan ini akan semakin lancar waktu si bayi berusia tiga bulan, namun barusia tiga tahun, si anak dapat melakukan penelanan dengan lancar dan benar. Bayi yang paling umum yang dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis karena merasa tidak enak atau merasa lapar dan bunyi-bunyi sebagai bentuk bersin dan serdawa.

b.      Bunyi berdekut

Bunyi berdekut ini agak mirip dengan dengan bunyi {ooo} pada burung merpati. Bunyi berdekut ini agak sebenarnya adalah buyi “kuasi konsonan” yang berlangsung dalam satu embusan napas, bersamaan dengan seperti bunyi hambat antara velar dan uvular. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi konsonan belakang dan tengah dengan vokal belakang, tetapi tanpa resonasi penuh.

c.                   bunyi berleter

beleter adalah mengeluarkan bunyi yang terus menerus tanpa tujuan. Berleter ini biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara empat sampai enam bulan.

Bayi pada masa usia empat sampai enam bulan sering mencoba-coba berbagi macam bunyi; dan dia semakin semakin dapat mengendalikan bagian-bagian orang yang terlibat dalam mekanisme bunyi. Dengan meningkatkan penguasaan terhadap lindahnya,dia dapat mengembuskan dan menjulurkan lidahnya dengan kuat.

Pada masa ini si anak sudah mampu membuat bunyi vokal yang mirip bunyi [a]. Lalu kemampuannya untuk mengatupkan bibir memungkinkan dia menghasilkan bunyi labial. Menurut fergusen (dalam purwo, 1989) hal itu terjadi antara lain, alat-alat bicara si anak belom sama dengan alat-alat bicara orang dewasa.

d.                   Bunyi berleter ulang

Tahap ini  dilalui si anak sewaktu berusia antara enam sampai sepuluh bulan. Menjelang usia enam bulan si anak dapat memonyongkan bibir dan menariknya kedalam tampa menggerakkan rahang. Dua bulan berikutnya dia dapat mengatupkan bibirnya rapat-rapat selama mengunyah dan menelan makanan yang agak cair.

Konsonan yang mula-mula dapat di ucapkan adalah bunyi labil [p] dan [b]. Bunyi letep alveoler [t] dan [d], bunyi nasal dan bunyi [j]. Bunyinya belom sempurna dan pembentukannya juga agak lembut.

Kalau bunyi berdekut yang terjadi pada usia antara dua sampai tiga bulan. Muncul saat anak berinteraksi dengan orang lain, maka bunyi berleter terjadi atau banyak dilakukan ketika si anak sedang sendirian, tidak ada orang lain (nakazima, 1975; strak, 1981). Jadi, pada masa ini si anak memperdengarkan suaranya sendiri. Hal ini memang penting bagi perkembangan penguasa bahasa selanjutnya.

Bunyi yang terlahir tidak dapat mendengar (tuli), sampai dengan masa bermain-main dengan bunyi, masih melakukan kegiatan yang sama dengan bayi yang normal.namun karna dia tidak dapat mendengar suaranya sendiri maka kegiatan mengeluarkan bunyi-bunyi bahasa mulai menurun. Kegiatanya tidak sampai ketahap mencoba mengucapkan bunyi-bunyi konsonan (oller ddk., 1986 dalam purwo, 1989).

B.     Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat

1. Kata Pertama

     Menurut Francescato (1968, dalam Purwo 1989), anak belajar mengucapkan kata sebagai suatu keseluruhan, tanpa memperhatikan fonem kata-kata itu satu persatu. Sedangkan menurut Waterson, 1971 dalam Purwo 1989, anak hanya dapat menangkap ciri-ciri tertentu dari kata yang diucapkan oleh orang dewasa, dan pengucapannya terbatas pada kemampuan artikulasinya.

2. Kalimat Satu kata

      Kata pertama yang berhasil diucapkan anak akan di susul oleh kata kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Keistimewaan kata-kata yang di ucapkan anak biasanya dapat ditafsirkan sebagai sebuah kalimat yang bermakna. Jadi, bicara anak yang pertama kalinya mengandung makna adalah terdiri atas kalimat satu kata. Yang pertama kali muncul adalah ujaran yang sering diucapkan oleh orang dewasa dan yang didengarnya atau yang sudah diakrabinya seperti main, orang, binatang piaraan, makanan dan pakaian.

3. Kalimat Dua Kata

      Kemampuan untuk menggabungkan dua kata ini dalam bentuk sebuah kalimat dikuasai anak menjelang usia 18 bulan. Dalam menggabungkan kata, anak mengikuti urutan kata yang terdapat pada bahasa orang dewasa. Ucapan dalam bentuk kalimat dua kata ini sudah jauh lebih berproduksi dari pada ucapan kalimat satu kata. Ini tentunya sesuai dengan kemampuan si anak secara keseluruhan.

 4. Kalimat Lebih Lanjut

        Menjelang usia dua tahun anak rata-rata sudah dapat menyusun kalimat empat kata yakni dengan cara perluasan, meskipun kalimat dua kata masih mendominasi korpus bicaranya. Dalam pengasuhannya, ibu-ibu sering menggunakan pola kalimat "tanya ya - tidak" pada anak usia dua sampai tiga tahun. Pada masa ini perkembangan bahasa anak meningkat dengan pesat, terutama karena si ibu sering menggunakan berbagai teknik untuk mengajak anak bercakap-cakap. Pertanyaan yang dapat di jawab si anak akan di jawab sendri oleh si ibu, sehingga menjelang usia tiga tahun anak sudah menganal pola dialog.

C.    Tahap Menjelang Sekolah

       Yang di maksud menjelang sekolah di sini menjelang anak masuk sekolah dasar; yaitu pada waktu mereka berusia antara lima sampai enam tahun. Pendidikan di taman kanak-kanak (TK), apalagi kelompok bermain (play group) belum dapat dianggap sebagai sekolah, sebab sifatnya banyak menolong anak siap memasuki pendidikan dasar.

    Mengenai pengenalan bahasa tulis di dalam masyarakat yang sudah tidak buta aksara, anak sudah "mengenal" bahasa tulis sebelum bersekolah. Dia tau, misalnya, bahwa namanya bisa dituliskan di atas kertas. Dia sudah bisa membedakan antara gambar dan tulisan yang ada di buku; dan dia tau bahwa orang tuanya membaca tulisan, bukan gambar, dalam buku cerita atau buku/bacaan lain.

     Ketika memasuki taman kanak-kanak anak sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat membuat kalimat berita, kalimat

Tanya, dan anak sejumlah kontruksi lain. Hanya saja dia masih mendapatkan kesulitan dalam membuat kalimat pasif. Namun, anak pada masa prasekolah ini telah mempelajari hal-hal yang di luar kosakata dan tata bahasa. Mereka sudah dapat menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang bermacam-macam. Mereka dapat berkata kasar pada teman-temannya, tetapi juga dapat berkata sopan kepada orang tuanya.


bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp