Tuesday, July 21, 2020

Tukang Gasab



Dulu, saya sering gasab sandal. Ini saya lakukan saat berada di Pesantren, saat sedang fokus-fokusnya memperdalam hukum-hukum Islam.

Gasab di Pesantren bukan hal tabu--hampir setiap hari mendengar teman-teman santri kehilangan sandal secara misterius dan kembalinya pun secara misterius.

Suatu cerita awal-awal mondok, saat salat jamaah di Musala, pas mau kembali ke kamar betapa terkejutnya melihat sandal sudah tidak berada di tempatnya lagi. Karena sandal ini adalah satu-satunya yang saya punya, saya mencarinya mengelilingi musala tapi tidak ketemu.

Karena sandal tidak ketemu-ketemu di Musala, saya pasrah. Saya kembali ke daerah dengan perasaan sangat sedih. Saya berpikir akan mengeluarkan uang yang dalam hitungan tanggal masih lama akan dikirim. Sebab, besar kemungkinan akan nambah beban hutang lagi.

Sesampai di daerah, saya senang sekali. Sandal yang saya cari keliling di Musala sudah sampai duluan. Entah siapa yang membawanya, namun sudah membuatku panik. Ini bukan prank tapi begitu adanya. Dalam pesantren dikenal dengan istilah gasab.

Kehilangan sandal yang secara misterius bukan satu atau dua kali. Tapi, ini terjadi berkali-kali. Akhirnya saya punya pikiran yang menurut pandangan umum akan mendapatkan dosa--ikut gasab.

Saya gasabnya tidak seperti orang lain. Jika mau ke luar dan sandal saya sudah tidak ada di tempatnya, saya tidak perlu mencari keliling seperti saat kejadian pertama. Sebab meskipun keliling sampai nafas ngos-ngosan, sandal saya tidak akan ketemu di lokasi tersebut. Maka jalan pintasnya saya langsung membawa semaunya.

Awalnya tidak mau gasab. Sudah saya lakukan bertahun-tahun. Namun, kesabaran ini habis. Sebab sandal yang keseringan hilang mampu mampu menggoyang iman saya. Akhirnya ikut jadi bagian menggasab.

Suatu ketika pas pergi main PS ke Seninan. Betapa apesnya saat itu. hanya satu jam main, sandal saya hilang dan tidak tahu siapa yang telah membawanya. Tanpa pikir panjang, saya langsung bawa sandal yang paling bagus di situ. Lumayan dapat ganti lebih bagus. Beberapa hari kemudian sandal itu saya buang. Karena saya sudah beli yang baru meskipun hanya bermerek swallow.

Saya gasab sandal bukan karena ada niatan, tapi karena perasaan yang tersakiti. Dalam kamus kerennya sekarang, "Orang jahat akibat orang baik yang tersakit". Saya masuk di bagian itu. Saya mennggasab sandal karena sandal saya digasab sebelumnya. Artinya, daripada kembalinya tidak memakai sandal mending bawa sandal yang lain.

Saya ingat betul bahwa menggasab hukumnya haram dan dapat dosa besar. Untuk itu, saya mencari jalan aman biar tidak berdosa. Karena gasab hampir menjadi suatu kebiasaan dan teradisi di Pesantren, maka saya merujuk satu dalil Qoidah dan saya jadikan pegangan. Yaitu العادة المحكمة، maksudnya ialah suatu yang sudah menjadi kebiasaan dan umum, maka hukum disesuaikan dengan kebiasaan tersebut. Artinya, gasab dari haram menjadi mubah (boleh). Keren kan kalau semaunya sendiri. Itulah pentingnya menjadi pinter.

Saya senang dengan kepintaran ini. Meskinpun tahunya hanya itu saja tapi saya mampu mengamalkannya dengan baik.

Setelah keluar dari pesantren, saya tidak lagi menggasab sandal. Sebab sandal saya tidak pernah digasab oleh orang lain.

Terakhir, mohon maaf jika sandalnya merasa digasab saya. Sebab, saya tidah tahu telah menggasab sandal milik siapa karena belum pernah bertanya pada sandalnya. Hehehe 

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp