Wednesday, December 18, 2019

Selamat Natal Untuk Seluruh Sahabatku


Natal tiba untuk sahabat-sahabatku yang Katolik dan Kristen di mana pun berada.

Saat ini sering terdengar larangan mengucapkan selamat Natal dari sebagian orang—dengan dasar bahwa hal tersebut dianggapnya haram bahkan parahnya sampai disebut kafir. Aku tidak mempedulikan atas perbedaan pendapat haram atau tidaknya mengenai ucapan selamat Natal karena agama tidak sesempit itu.

Jika hidup disempitkkan lalu menganggap mengucapkan perayaan selamat Natal adalah haram, saya menganalogikannya begini, menjelang Natal banyak retail elektronik mengadakan diskon besar-besaran. Adanya diskon ini membuat orang tergiur lalu membelinya. 

Anehnya si pembeli elektronik (HP) tidak disebut haram padahal jelas membelinya karena adanya diskon. Sedangkan diskon adalah bagian dari perayaan Natal dan membelinya adalah masuk dalam bagiannya.

Gambaran di atas sama seperti mengucapkan selamat Natal pada orang-orang terdekat kita. Haram atau tidaknya tergantung niat dan konteksnya. Sebab, mengenai ucapan selamat Natal adalah hal furu'iyah.

Dalam furu'iyah, perbedaan pendapat adalah hal lumrah dan merupakan rahmat bagi orang-orang Islam. Tergantung bagaimana mau menyikapi atau mengambil hukum sesuai konteks yang berlaku tanpa ada gesekan satu sama lain.

Seperti video yang viral dari Habib Ali Zaenal Abidin Al-jufri yang diakui keilmuannya berbicara mengenai diperbolehkannya mengucapkan selamat Natal—dan beliau menegaskan akan mengucapkan selamat Natal pada 25 Desember nanti, aku mengamini pendapat tersebut karena mengucapkan selamat Natal tidak membuat si pemberi ucapan selamat berganti keyakinan atau meyakini sebagai akidah yang harus diikuti.

Bagiku memberikan ucapan selamat Natal adalah kemanusian dan keeratan dalam persahabatan—juga simbol toleransi serta mengedepankan keberagaman dengan saling mendukung satu sama lain.

Selanjutnya akan aku ceritakan pengalamanku selama ini. Aku lama berteman dengan orang-orang Katolik yang notabene sebagian besar adalah teman kelasku. Begitu juga dosenku yang hampir semuanya adalah Katolik. 

Selama ini, pertemananku dengan orang-orang Katolik tidak ada yang istimewa—dan sama seperti temanku yang Muslim. Namun, aku dapat belajar dari mereka mengenai pentingnya mengedapankan humanisme—di mana aku adalah sebagian orang dikatakan minoritas ketika berada dalam lingkugannya. Minoritas bukan orang yang dikekang tapi mempunyai kebebasan seperti teman-temanku yang Katolik.

Aku teringat ketika waktu salat telah waktunya, sering kali aku diingatkan akan kewajiban sebagai Muslim. Bahkan salah satu dari dosenku merasa bangga melihat mahasiswanya izin keluar karena melakukan salat wajib. 

Lantas teman-temanku yang mengingatkan agar aku salat apakah meyakini akidah yang aku anut? Tentunya tidak demikian. Temanku mengingatkan karena aku selalu salat dan tetap teguh dengan apa yang aku yakini.

Teman-temanku yang Katolik sama seperti yang Muslim. Mereka sering membantu secara fisik mampun pikiran tanpa aku minta darinya. Bahkan temanku kadang menawari bantuannya. Indahnya hidup saling membantu tanpa melihat latar belakang agamanya.

Suatu ketika aku mengalami musibah tabrakan dengan mobil. Iya kakiku luka dan sulit untuk jalan. Sebagian aktivitasku dibantu oleh teman seperti dibelikan makanan dan obat ke Apotik. 

Pernah suatu ketika aku sangat lapar dan cuaca sedang hujan. Aku mencoba memesan makanan melalui Grabfood maupun Gofood tapi tak ada yang bisa karena drivernya sedang enak tidur. Temanku dengan penuh pengertian mengantarkan makanan yang tanpa aku minta sebelumnya.

Aku katakan kembali bahwa teman-temanku yang Katolik sama seperti yang Muslim--sama-sama manusia dan punya sifat kekurangan serta kelebihan masing-masing.

Pada 25 Desember 2019 ini, aku ucapkan selamat Hari Natal untuk seluruh Sahabat, Dosen, Romo! Semoga Tuhan memberkati kalian semua!

bm

ridlwan.com adalah personal blog suka-suka. Blog ini disajikan dengan berbagai konten menarik dan terupdate.

avatar
Admin MOH RIDLWAN Online
Welcome to MOH RIDLWAN theme
Chat with WhatsApp